6 Hal yang bikin Nyesel Datang ke Bali dan Tempat Wisata Hits Lainnya baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Bali dengan seluruh daya tarik di tiap wilayahnya memang tidak kalah populer dibanding Pulau Jeju di Korea atau Koh Samui di Thailand. Bali mungkin menawarkan akomodasi, keragaman budaya, dan hospitality layanannya lebih baik dibanding destinasi wisata populer tersebut.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

Seiring popularitas dan eksposure yang main besar pada Bali, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan pengelola wisata. Sayang keluhan dan masukan tersebut belum mendapat perhatian, meski turis sudah mengeluh dan cenderung nyesel datang ke Bali.

Opini yang menyatakan penyesalan datang ke Bali ini, berlaku juga untuk tempat wisata hits lainnya. Dikutip dari situs Travel Eat Love (TM) serta traveling blog La Vie En Marin dan Couple of Jorneys, berikut penjelasannya

Kunjungan ke Bali pada 2024 mencapai 6,3 juta jiwa, jauh lebih besar dibanding jumlah penduduknya di angka 4,4 juta jiwa. Total wisatawan ditambah penduduk asli menjadikan Bali yang hanya seluas 5.780 km² terasa sangat ramai dan padat. Wisatawan seperti memenuhi seluruh wilayah Bali mulai dari pantai hingga dataran tinggi.

Ramainya Bali ditengarai karena efek medsos dalam budaya pop dan marketingnya yang berlebihan. Saking padatnya, wisatawan nyaris tak bisa duduk tenang menikmati pantai dan alam Bali. Setiap saat ada saja penyedia jasa guide, penyewaan perlengkapan liburan, atau turis lain numpang foto yang mengganggu momen sendiri dan tenang di Bali

Tumpukan sampah sangat mudah ditemui di Bali terutama di spot populer, misal sepanjang Pantai Kuta. Sampah tidak hanya mengotori lingkungan tapi juga menurunkan kualitas air dan udara. Masyarakat Bali dan turis berisiko terpapar polutan yang bisa berdampak pada kesehatannya.

Pemerintah Bali telah berusaha mengatasi sampah melalui Surat Edaran (SE) Nomor 9 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih. Aturan ini menekankan penggunaan barang daur ulang atau yang ramah lingkungan. Barang plastik tidak boleh digunakan lagi dalam kegiatan usaha. Selain itu, semua sampah harus diolah lebih dulu sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Bali menyediakan penyewaan motor bagi wisatawan yang ingin jalan-jalan di. Data BPS tahun 2024 menunjukkan, angka kepemilikan motor di Bali adalah 4,5 juta. Jumlah tersebut ditambah sewa para turis mengakibatkan jalanan Bali penuh motor, yang tentunya berdampak pada kualitas udara Bali.

Selain jalanan yang penuh sesak, perilaku berkendara para turis ini patut menjadi perhatian. Para WNA ini tertangkap kamera mengendarai motor tidak taat aturan. Misal tanpa helm, tidak mengenakan busana layak, tak punya SIM, ngebut, dan berprilaku tidak sopan. Pihak berwajib tak perlu segan menindak hingga mendeportasi bule tak tahu aturan tersebut.

Bali yang penuh mobil dan motor menyebabkan jalanan di provinsi macet. Salah satu kemacetan paling parah terjadi pada tahun baru 2025 di Jalan Raya Canggu, Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Pengendara motor dan mobil dilaporkan frustasi karena jalanan benar-benar stuck.

Macet juga terjadi di tol bandara saat musim liburan yang jadi viral di medsos. Turis asing dan domestik diberitakan jalan di tol demi menepati jadwal pesawat. Pihak berwajib dan pengelola wisata berusaha mengurai kemacetan ini dengan pengaturan lali lintas. Selain sekitar bandara, spot lain yang menjadi perhatian adalah kawasan Bedugul, Tanah Lot, dan Ubud.

Peristiwa turis asing jadi korban copet dan penipuan bukan hal baru. Pelaku kriminal mengambil dompet, uang cash, dan gadget para turis. Selain Bali, spot ramai turis lain misal Menara Eiffel di Prancis juga jadi sorotan akibat marak copet.

Tindakan kriminal lain yang kerap terjadi adalah penipuan pada para turis. Salah satu modusnya adalah menawarkan penginapan dengan harga sangat murah, namun akomodasi itu ternyata tidak ada atau jauh dari harapan. Modus lain adalah menawarkan jasa guide, namun turis justru ditinggal atau tempat yang dikunjungi tidak sesuai keinginan.

Bali, sama seperti destinasi wisata lain di dunia, memiliki beragam akomodasi dengan harga kompetitif. Harga pastinya sesuai dengan layanan yang diperoleh pengunjung. Penginapan dengan harga murah pastinya berbeda dengan yang pasang tarif mahal. Seiring dengan kondisi ekonomi saat ini, biaya hidup di Bali mungkin terasa lebih mahal.

Kondisi tersebut tentunya bisa dihindari dengan menyusun itinerary yang tepat lebih dulu. Para turis bisa memilih akomodasi, transportasi, rute, dan tempat yang ingin dikunjungi selama liburan untuk mencegah kondisi yang tidak diinginkan. Jangan lupa selalu hati-hati dan waspada pada orang asing.

Kenapa Nyesel Datang ke Bali dan Tempat Wisata Hits Lainnya?

Terlalu ramai

Sampah

Banyak Motor dan Pelanggaran Lalu Lintas

Macet

Rawan tindak kriminal

Mahal