Singapura dinobatkan sebagai kota wisata terbersih oleh Eagle Dumpster Rental. Sebaliknya, Roma menjadi juru kunci.
Dikutip dari themanual, Senin (28/4/2025), dalam situs itu diumumkan kota terbersih di dunia. Hasil itu didapatkan dengan menggunakan data dari Numbeo, Atlas D-Waste, dan sumber spesifik kota, setiap destinasi diberikan Street Cleanliness Score atau Skor Kebersihan Jalanan.
Studi ini tidak hanya mempertimbangkan kebersihan fisik kota, tetapi juga bagaimana penduduk setempat melihat kebersihan lingkungan mereka dan seberapa efisien kota tersebut dalam mengelola sampah yang dihasilkan warganya.
Dan, juaranya adalah… Singapura. Singapura memiliki taman publik yang terawat, jalanan yang bersih, serta undang-undang anti-pembuangan sampah yang ketat.
Bahkan, pembelian permen karet secara legal dilarang. Sejak 1992, penjualan permen karet dilarang dan siapa saja yang tertangkap mengunyah permen karet di tempat umum dapat dikenakan denda.
Penegakan hukum soal sampah lainnya di Singapura adalah denda bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. Pelanggar pertama kali bisa dikenakan denda hingga SGD 1.000 atau sekitar Rp 12,7 juta, sedangkan bagi pelanggar yang berulang, denda dapat meningkat hingga SGD 2.000. Selain itu, hukuman ditambah dengan Perintah Kerja Korektif. Kebijakan itu terbukti efektif dalam menciptakan lingkungan yang bersih.
Selain itu, Singapura memiliki teknologi pengelolaan sampah modern dan kesadaran publik yang sangat tinggi dalam menjaga kebersihan kota. Singapura juga memiliki sistem pengumpulan sampah yang efisien serta memastikan ruang publik tetap bersih dan nyaman bagi warga maupun wisatawan.
Singapura juga sangat mengedepankan pendidikan kebersihan. Pemerintah secara terus-menerus melakukan kampanye untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan kota dan dampak negatif dari pembuangan sampah sembarangan.
Di urutan kedua dan ketiga secara beruntun adalah Kopenhagen di Denmark dan Praha di Republik Ceko. Kedua kota itu memiliki pengelolaan sampah yang baik dan kebersihan jalanan yang terjaga.
Kedua kota itu berkomitmen terhadap keberlanjutan. Kopenhagen menggunakan kapal tenaga surya, hotel ramah lingkungan, dan makanan organik. Kopenhagen diganjar predikat kota paling hijau di dunia. Kopenhagen juga menjadi contoh transformasi lingkungan.
30 tahun yang lalu, pelabuhan di Kopenhagen tercemar berat dengan limbah industri dan saluran pembuangan. Saat ini, pelabuhan itu menjadi salah satu dari sedikit pelabuhan ibu kota di Eropa yang aman untuk berenang.
Di tempat ketiga, Praha, Republik Ceko meraih peringkat tinggi berkat rendahnya produksi sampah (hanya 676 pon sampah per orang per tahun) dan tingkat kepuasan tinggi terkait kebersihan kota.
Upaya Praha untuk mempromosikan ruang publik hijau, infrastruktur berkelanjutan, dan lingkungan bebas sampah menjadikannya indah dan layak huni baik untuk wisatawan maupun penduduk setem
Di sisi berlawan, sejumlah kota wisata berada di posisi terbawah dalam daftar itu. Roma di Italia menjadi kota wisata terkotor di dunia. Meski tetap menjadi tujuan wisata utama berkat bangunan bersejarahnya, Roma menghadapi masalah serius dalam hal kebersihan.
Sistem pengelolaan limbah yang buruk membuat kota itu kesulitan menjaga kebersihan jalanan dan ruang publik, yang seringkali dipenuhi sampah.
Masalah kebersihan di Roma telah menyebabkan frustrasi di kalangan penduduk setempat, yang merasa semakin sulit untuk hidup di kota yang dipenuhi sampah.
Pengunjung juga sering mengeluh mengenai kondisi ini, meskipun keindahan situs sejarah kota ini tetap menarik wisatawan dari berbagai belahan dunia. Selain itu, Roma menghasilkan sejumlah besar limbah per orang, dengan 1.444 pon limbah dihasilkan setiap tahunnya per penduduk.
Kota-kota seperti Roma menghadapi tantangan besar dalam mengelola dampak dari pariwisata massal. Seiring meningkatnya jumlah wisatawan, volume sampah pun meningkat secara signifikan, dan kota-kota tersebut kesulitan untuk menjaga kebersihan mereka.