Raja Keraton Solo Paku Buwana (PB) XIII wafat dalam usia 77 tahun pada Minggu (2/10/2025). Rencananya jenazah akan dimakamkan di wilayah Imogiri pada Selasa mendatang.
Mengutip infoJateng, adik ipar almarhum, KPH Eddy Wirabhumi, menyampaikan proses pemakanan mendiang PB XIII nanti akan dilaksanakan sesuai dengan adat yang berlaku. Sebetulnya belum pasti di mana dan kapan almarhum akan dikebumikan.
Tetapi, Eddy sedikit membocorkan bahwa PB XIII akan disemayamkan di Makam Raja Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
“(Proses pemakaman) sedang mau dibicarakan, dirapatkan pagi ini. (Dikebumikan) di Imogiri,” kata Eddy.
“Rapat dulu, kemungkinan hari Selasa. Setelah Selasa Kliwon. Ia (diberangkatkan dari Selasa) kemungkinan besar di atas jam 13.00-14.00 WIB,” tambahnya.
Nantinya, sebelum almarhum diantar ke pusara, PB XIII terlebih dahulu akan di bawa ke Keraton Solo nantinya almarhum akan di tempatkan di area belajang pendopo utama.
Di lereng Bukit Merak, Bantul, Yogyakarta, terdapat sebuah tempat yang lebih dari sekadar kompleks pemakaman. Di sana, sejarah dan spiritualitas berpadu dalam keheningan yang megah.
Masyarakat mengenalnya sebagai Makam Pajimatan Imogiri, peristirahatan terakhir para raja dan bangsawan keturunan Mataram Islam yang telah berdiri sejak abad ke-17.
Kini, kawasan sakral yang menjulang di atas bukit itu kembali menjadi perhatian publik. Makam yang dibangun oleh Sultan Agung itu akan direncanakan menjadi tempat peristirahatan bagi almarhum Sri Susuhunan Paku Buwana XIII, yang akan dimakamkan berdampingan dengan para leluhurnya.
Makam Pajimatan Imogiri dibangun pada tahun 1632 Masehi atas perintah Sultan Agung Hanyokrokusumo, penguasa besar Mataram Islam. Menurut laman jogjaprov.go.id, Sultan Agung sendiri yang memilih Bukit Merak sebagai lokasi makam keluarga kerajaan.
Nama Imogiri berasal dari bahasa Sanskerta, hima berarti kabut dan giri berarti gunung. Maka, secara harfiah, Imogiri berarti gunung berkabut. Lalu, sebutan Pajimatan diambil dari kata jimat, yang berarti pusaka, melambangkan bahwa tanah tersebut dianggap suci dan memiliki kekuatan spiritual yang tinggi.
Menariknya, proyek pembangunan ini awalnya direncanakan di kawasan Giriloyo. Namun seperti tertulis dalam arsip resmi makamimogiri.bantulkab.go.id, lokasi tersebut dipindahkan ke Bukit Merak setelah pengawas proyek meninggal dunia sebelum pekerjaannya selesai.
Dari situlah kemudian berdiri kompleks pemakaman megah yang kini dikenal sebagai Makam Raja-Raja Mataram Imogiri.
Pemilihan lokasi di puncak bukit bukan tanpa alasan. Dalam filosofi Jawa, tempat tinggi dianggap suci yang merupakan simbol kedekatan manusia dengan Sang Pencipta. Di sanalah para raja Mataram bersemayam, menatap langit, seolah menyatu kembali dengan alam dan leluhur mereka.
Makam Pajimatan Imogiri, Jejak Abadi Para Raja






