Wilayah pesisir Pantai Trisik, Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kulon Progo, mengalami abrasi pantai hebat pekan lalu. Gelombang tinggi merusak sejumlah bangunan milik warga di sana. Meskipun dihantui kekhawatiran akan abrasi susulan, warga setempat memilih untuk tetap tinggal di kawasan tersebut.
Salah satu korban yang paling terdampak adalah Mbah Kromo dan istrinya, Mukiyah. Rumah mereka nyaris rata dengan tanah dan hanya menyisakan puing-puing serta beberapa dinding yang tampak rapuh. Saat ini, Mukiyah dan suaminya terpaksa pindah dan tinggal sementara di sebuah gazebo.
“Untuk sementara kami pindah dulu di gazebo dekat sini,” ujarnya saat ditemui wartawan di lokasi, Selasa (11/11/2025).
Mukiyah menceritakan, gelombang laut yang datang sangat besar. Ombak tinggi mulai muncul pada Rabu (5/11) dan berlangsung selama empat hari berturut-turut. Beruntung, Mukiyah sudah diperingatkan oleh putranya yang merupakan anggota SAR setempat untuk segera menyelamatkan barang-barang berharga.
Mereka pun memindahkan barang penting ke rumah keluarga yang letaknya lebih jauh dari pantai. Benar saja, pada Kamis (6/11) malam, ombak besar menghantam dan merobohkan rumah Mbah Kromo, termasuk warung ikan yang mereka kelola.
Selain mencari nafkah sebagai penjual ikan dan petani, Mbah Kromo juga aktif mengelola fasilitas konservasi penyu di Trisik. Sayangnya, bangunan konservasi tersebut juga tidak luput dari amukan abrasi.
Menurut Mukiyah, bangunan konservasi itu bahkan sudah hancur sekitar setahun yang lalu, kini lokasinya telah berubah menjadi lautan. Ia menambahkan garis pantai dulunya sangat jauh, tapi karena abrasi yang terus terjadi jaraknya semakin pendek.
“Sekarang ini setiap tahun makin pendek jaraknya,” ucapnya.
Meski dihantui rasa takut akan gelombang setiap malam, Mukiyah dan suaminya menolak untuk pindah. Alasannya adalah karena mata pencaharian mereka berada di kawasan pesisir tersebut. Mereka berharap pemerintah dapat membantu menyediakan bangunan rumah baru yang aman.
“Ya sebenarnya khawatir, tapi karena mencari rezekinya di sini jadi ya masih mau bertahan,” ujarnya.
Sementara itu kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Setiawan Tri Widada, menyatakan bahwa pihaknya telah bergerak cepat menanggapi bencana ini.
“Kemarin, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD sudah melakukan asesmen di lokasi,” ujar Setiawan.
Terkait keluarga yang terdampak, Setiawan mengonfirmasi bahwa keluarga yang rumahnya rusak karena abrasi telah pindah sementara. Selanjutnya, Setiawan mengimbau kepada seluruh warga lain yang rumahnya berada di kawasan terancam abrasi untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gelombang susulan.
“Keluarga yang rumahnya rusak terkena abrasi pindah ke rumah asal. Selanjutnya kepada warga lain yang rumahnya terancam abrasi dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaannya,”ucapnya.
Sementara itu, terkait langkah penanganan selanjutnya, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kulon Progo, Budi Prastawa, menjelaskan bahwa keputusan masih menunggu koordinasi.
“Untuk langkah selanjutnya masih akan dikoordinasikan dengan pihak kelurahan dan pihak terkait lainnya,” jelas Budi.
—-
Baca artikel selengkapnya di .






