Kawasan bekas lokalisasi Gang Dolly di Surabaya sempat jadi sentra UMKM dan wisata edukasi. Tapi itu dulu, kini situasinya sepi seperti mati suri.
Aktivitas UMKM di kawasan eks lokalisasi Gang Dolly, Surabaya meredup. Sejumlah pelaku usaha menyebut kondisi sekarang semakin sepi. Banyak UMKM memutuskan tidak lagi beroperasi.
Salah satu bangunan yang dialihfungsikan menjadi sentra UMKM seperti Pasar Burung Dolly. Bangunan itu kini minim aktivitas manusia.
Bangunan milik pemerintah itu tampak kosong, sementara toko dan kios yang sebelumnya digunakan pelaku UMKM di sana tutup.
Seorang mantan pedagang mengaku menutup usahanya karena kondisi yang kian sepi.
“Udah enggak (jualan), dulu pasar,” ujar pria yang tak berkenan disebut namanya, Rabu (19/11/2025).
Penurunan aktivitas juga dirasakan langsung oleh Jarwo, pelaku UMKM tempe “Tempe Bang Jarwo”. Ia menyebut produksi tempenya merosot signifikan jika dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau dibanding tahun lalu saja kita produksi tempe satu hari bisa 25 kilogram kedelai, sekarang hanya 15 kilogram,” katanya.
Menurut Jarwo, bukan hanya produksi UMKM yang turun, tetapi kegiatan wisata edukasi Dolly yang dulu membantu menggerakkan ekonomi juga berhenti. Akhirnya warga setempat yang bergeliat di dua aktivitas itu sangat merasakan dampaknya.
Padahal dulunya mereka terbantu dengan paket wisata edukasi sehingga UMKM juga bisa ikut bergerak. Paket wisata edukasi itu sendiri sebelumnya dibanderol mulai Rp 20-150 ribu dengan beragam aktivitas seperti kunjungan ke sentra UMKM hingga mengikuti workshop di kawasan eks lokalisasi Dolly.
“Mau adakan trip lagi, tapi tempat oleh-oleh sekarang sudah gak ada. Misalnya UKM Samijali juga sekarang sudah gak produksi, Kampung Orumy juga sekarang gak produksi,” jelasnya.
Jarwo menilai kondisi ini diperparah minimnya pendampingan pemerintah kepada pelaku UMKM di Dolly.
“Dari pemerintah ya rasanya kurang adanya pendampingan,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan bahwa dirinya mengundurkan diri dari Ketua Pokdarwis Gang Dolly pada 2023 karena merasa tidak mendapatkan dukungan.
“Saya Ketua Pokdarwis, mengundurkan diri 2 tahun lalu, tahun 2023, karena capek, kok (rasanya) gak ada support dari teman-teman,” ungkapnya.
Kini, Jarwo memilih fokus menjalankan produksi tempe meski hasilnya tidak semenggairahkan dulu. Selain itu, ia tetap menerima kunjungan mahasiswa yang ingin belajar mengenai UMKM di Dolly, khususnya untuk usaha tempe.
“Saya fokus ke usaha saya, tapi kalau ada mahasiswa kunjungan saya tetap layani,” pungkasnya.
——–
Artikel ini telah naik di
