Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution menyebut banjir dan longsor di Sumatera Utara disebabkan oleh cuaca ekstrem. Walhi membantah pernyataan itu.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara, Riandra Purba, awalnya menjelaskan ekosistem hutan di Sumut mengalami kerusakan. Menurut catatannya, kerusakannya mencapai 2.000 hektare dalam 10 tahun terakhir.
“Ekosistem tersebut, yang menjadi juga penopang kehidupan warga di area sekitarnya, telah rusak. Kita catat, dalam 10 tahun terakhir saja, 2.000 hektare lebih,” kata Riandra dalam diskusi di Walhi Nasional, Jakarta Selatan, Senin (1/12/2025).
Dia lantas membantah pernyataan Bobby yang menyebut banjir di Sumut akibat cuaca ekstrem. Sebab, berdasarkan catatan Walhi, banjir ini dipicu kerusakan hutan.
“Perusakan hutan di sana itu disebabkan ya, dipicu ya, oleh beberapa perusahaan. Jadi kita menyangkal pernyataan Gubernur Sumatera Utara bahwa banjir tersebut karena cuaca ekstrem. Tapi pemicu utamanya bukan cuaca ekstrem ini. Pemicu utamanya adalah kerusakan hutan dan alih fungsi lahan dari hutan menjadi nonhutan,” kata Riandra.
“Dari sisi hukum, tahun 2014 itu ada perubahan kawasan hutan,” sambungnya.
Status nonhutan tersebut kemudian dimanfaatkan oleh para oknum. Dari sini, penggundulan hutan terjadi.
“Secara status hukum, itu nonhutan, sehingga orang seenaknya saja oknum baik secara legal maupun ilegal penebangan hutan dan alih fungsi lahan. Dan ini yang terjadi,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubsu Bobby Nasution mengatakan bahwa banjir dan longsor di Sumut dipicu cuaca ekstrem. Bencana ini melanda beberapa kota dan kabupaten di Sumut.
“Cuaca ekstrem dan hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung lama menyebabkan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor di beberapa daerah Sumatera Utara, termasuk di Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, hingga Tapanuli Selatan,” kata Bobby dalam unggahan di akun Instagram miliknya, Kamis (27/11/2025).
Akiat banjir dan longsor ini, ribuan rumah warga rusak. Bencana ini juga memakan korban jiwa.
“Bencana hidrometeorologi ini telah menyebabkan ribuan rumah warga terendam, akses jalan terputus, bahkan menelan korban jiwa,” katanya.
——–
Artikel telah tayang di






