Usaha Tedjowulan Pertemukan PB XIV Purbaya-PBXIV Mangkubumi Gagal Total

Posted on

Usaha Mahamenteri Tedjowulan untuk mempertemukan Paku Buwono (PB) XIV Purbaya dan PB XIV Mangkubumi gagal. PB XIV Purbaya absen dalam pertemuan tersebut.

Pertemuan antara Paku Buwono XIV Purbaya dan Paku Buwono XIV Mangkubumi itu rencananya digelar di Loji Gandrung Solo pada Jumat (28/11) pekan lalu. Namun undangan Tedjowulan tersebut hanya dihadiri oleh PB XIV Mangkubumi.

Juru bicara Mahamenteri Tedjowulan, Kanjeng Pakoenegoro, mengatakan surat undangan pertemuan tersebut sudah disertakan ke masing-masing pihak. Dari pihak PB XIV Purbaya diserahkan ke Pengangeng Parentah Keraton Solo Dipokusumo.

“Undangan untuk Gusti Purbaya diterima oleh KGPH Adipati Dipokusumo sebagai Pengageng Parentah Karaton,” katanya melalui keterangan tertulis yang diterima, Jumat (28/11) malam.

Namun sayang, pihak PB XIV Purbaya absen tanpa keterangan. Tedjowulan, katanya menyesalkan ketidakhadiran PB XIV Purbaya.

“Gusti Tedjowulan menyesalkan sikap Purbaya yang masih saja tidak kooperatif,” ucapnya.

Pertemuan yang digelar sekira pukul 15.00 WIB hanya dihadiri oleh PB XIV Mangkubumi. Pihaknya mengaku sempat menunggu kehadiran PB XIV Purbaya tapi hasilnya nihil.

“Dari pihak Gusti Mangkubumi setelah mendapat undangan langsung konfirmasi kehadiran. Setelah ditunggu satu jam Gusti Purbaya tetap tidak hadir tanpa keterangan, tujuan pertemuan tidak tercapai,” ucapnya.

Karena tujuan pertemuan tidak tercapai, maka PB XIV Purbaya akan kembali diundang untuk pertemuan berikutnya. Pihak Tedjowulan akan kembali mengirimkan surat undangan kepada PB XIV Purbaya.

“Kami akan kembali mengirimkan undangan untuk pertemuan berikutnya. Agendanya masih akan sama,” pungkas dia.

Tedjowulan menegaskan akan terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Kementerian Kebudayaan dalam setiap langkah, termasuk dalam menginisiasi pertemuan antara Hangabehi dan Purbaya.

“Semula, pertemuan diagendakan untuk membicarakan sejumlah hal. Antara lain, persiapan Wilujengan 40 Hari Suruddalem Paku Buwono XII, suksesi kepemimpinan di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dan komitmen bersama untuk menjaga kerukunan keluarga besar Dinasti Mataram Islam dan mengutamakan masa depan keraton,” bebernya.

Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon buka suara mengenai dualisme Keraton Solo. Ia berharap konflik perebutan takhta tidak berlarut-larut dan dapat diselesaikan melalui musyawarah keluarga.

“Tentu waktu itu saya juga pernah mengeluarkan surat agar keluarga bermusyawarah, berembuk. Kita tidak ingin konflik yang berkelanjutan, apalagi mengulang peristiwa masa lalu,” ujarnya.

Ia juga menaruh harapan kepada Panembahan Agung Tedjowulan untuk menjadi sosok yang dituakan dan memimpin proses perembukan.

“Dengan adanya Panembahan Agung Tedjowulan, saya kira beliau bisa menjadi figur yang dituakan untuk memimpin perembukan itu. Ke depan diharapkan muncul konsensus dan kesepakatan,” ujarnya.

——-

Artikel ini telah naik di infoJateng, bisa dibaca selengkapnya dan

Menteri Kebudayaan Fadli Zon Berharap Konflik Tidak Berlarut-larut

Tedjowulan menegaskan akan terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Kementerian Kebudayaan dalam setiap langkah, termasuk dalam menginisiasi pertemuan antara Hangabehi dan Purbaya.

“Semula, pertemuan diagendakan untuk membicarakan sejumlah hal. Antara lain, persiapan Wilujengan 40 Hari Suruddalem Paku Buwono XII, suksesi kepemimpinan di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dan komitmen bersama untuk menjaga kerukunan keluarga besar Dinasti Mataram Islam dan mengutamakan masa depan keraton,” bebernya.

Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon buka suara mengenai dualisme Keraton Solo. Ia berharap konflik perebutan takhta tidak berlarut-larut dan dapat diselesaikan melalui musyawarah keluarga.

“Tentu waktu itu saya juga pernah mengeluarkan surat agar keluarga bermusyawarah, berembuk. Kita tidak ingin konflik yang berkelanjutan, apalagi mengulang peristiwa masa lalu,” ujarnya.

Ia juga menaruh harapan kepada Panembahan Agung Tedjowulan untuk menjadi sosok yang dituakan dan memimpin proses perembukan.

“Dengan adanya Panembahan Agung Tedjowulan, saya kira beliau bisa menjadi figur yang dituakan untuk memimpin perembukan itu. Ke depan diharapkan muncul konsensus dan kesepakatan,” ujarnya.

——-

Artikel ini telah naik di infoJateng, bisa dibaca selengkapnya dan

Menteri Kebudayaan Fadli Zon Berharap Konflik Tidak Berlarut-larut