Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana melanjutkan kunjungan kerjanya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan menyambangi Desa Wisata Pentingsari, Jumat (9/5/2025). Dia mengapresiasi keberhasilan desa itu dalam mengembangkan pariwisata berbasis budaya dan alam yang memberdayakan masyarakat
Salah satu keunggulan yang bikin Widiyanti terpukau adalah keterlibatan masyarakat melalui pariwisata. Selain itu, potensi desa tergarap dengan mengedepankan tradisi budaya dan alam.
“Senang sekali hari ini saya berkesempatan untuk melihat langsung bagaimana pariwisata di Desa Wisata Pentingsari dikembangkan dengan melibatkan masyarakat secara aktif, menjaga nilai budaya, dan merawat kelestarian alam,” kata Widiyanti dalam rilis kepada infotravel, Minggu (11/5).
Desa Wisata Pentingsari terletak sekitar 22,5 km dari pusat Kota Yogyakarta, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit hingga 1 jam menggunakan kendaraan pribadi. Desa ini berada di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, pada ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut.
Desa Pentingsari menunjukkan konsistensi dan komitmen tinggi dalam membangun pariwisata berbasis masyarakat. Berbagai pencapaian telah diraih Desa Pentingsari, di antaranya terpilih sebagai salah satu dari tujuh Desa Wisata Mandiri inspiratif dalam ajang ADWI 2021. Kemudian, pada Januari 2025, Desa Pentingsari meraih Community Best Tourism dari ASEAN tourism Award 2025.
“Desa Wisata Pentingsari menjadi bukti nyata, bahwa ketika masyarakat diberi ruang untuk tumbuh, pariwisata mampu menjadi alat transformasi sosial yang luar biasa,” kata Widiyanti.
Widiyanti mengatakan masyarakat Desa Pentingsari membuktikan bahwa pariwisata yang dikelola dengan prinsip keberlanjutan mampu meningkatkan kesejahteraan, membuka lapangan kerja, dan melestarikan identitas budaya.
Pengelolaan homestay oleh warga, paket wisata edukatif yang melibatkan komunitas, pelestarian seni tradisional, hingga berbagai inisiatif lingkungan, semuanya menunjukkan bahwa pariwisata dapat menjadi alat pemberdayaan yang inklusif dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Melalui pariwisata berbasis komunitas, kita tidak hanya membangun destinasi, namun kita juga membangun masa depan. Sebuah masa depan yang inklusif, lestari, dan berpihak pada masyarakat,” kata Widiyanti.