Sensasi Mancing di Sungai Umbul Besuki Klaten, Favoritnya Bapak-bapak

Posted on

Sungai kecil di balik pesona Umbul Besuki, Desa Ponggok, Klaten ternyata menyimpan daya tarik tersendiri bagi para pecinta memancing, terutama bapak-bapak.

Di tengah gemerlap atraksi underwater photography dan kolam renang transparan, hadir ruang baru bagi wisatawan yang mendambakan pengalaman berbeda.

Memancing ikan nila merah langsung di aliran sungai jernih bukan sekadar aktivitas rekreasional, melainkan wujud kolaborasi pemberdayaan ekonomi warga setempat.

Kesuksesan ini terwujud berkat sinergi Pemerintah Desa Ponggok, BUMDes, dan Lembaga Usaha Peningkatan Masyarakat Mandiri (LUPMMDES). Melalui rapat bulanan yang dipimpin Kepala Desa Junaedi Mulyono, setiap aspirasi, termasuk dari kalangan difabel, diakomodasi dalam tata zona atraksi dan standar keamanan.

Pemuda kreatif, ibu-ibu PKK, serta anggota LUPMMDES bahu-membahu merancang kawasan memancing yang nyaman, aman, dan inklusif. Berbeda dengan spot underwater Umbul Ponggok yang memikat lensa dengan sepeda ontel dan replika motor di dasar kolam, Umbul Besuki menghadirkan panggung alam yang murni.

Aliran sungainya yang jernih, ditambah panorama persawahan hijau, menciptakan latar sempurna bagi para pemancing atau sekadar bersantai menikmati senja. Di tepian, warung PKK menyiapkan sambal khas, lalapan segar, dan nila bakar, menyemarakkan suasana dengan cita rasa lokal.

Inovasi terbesar muncul saat LUPMMDES mengembangkan kolam alami budidaya nila merah dari aliran sungai yang tidak terpakai. Kualitas air yang kaya oksigen menjadikan ikan-ikan tumbuh subur tanpa stres.

Sistem terbuka di hulu dan hilir sungai dijaga agar ekosistem tetap terjaga. Bila tiba musim panen, barulah jaring penahan diangkat, membuka kesempatan bagi pemancing menguji ketangkasan.

Program “Panen Nila Bersama” pun dirancang untuk merangkul komunitas pemancing dari berbagai daerah. Peserta membayar iuran, lalu menikmati sensasi bertarung satu lawan satu dengan ikan nila yang sudah “gemuk”.

Setiap tarikan kail memberi letupan adrenalin, diikuti sorak sorai saat ikan dinaikkan. Ponton kayu di pinggir sungai menjadi arena berkumpul, tempat bertukar teknik memancing, tips umpan, dan cara memotret momen tangkapan sempurna.

Di malam hari, area camping di tepi sawah menciptakan panggung alam yang menenangkan. Tenda-tenda bercahaya hangat berpadu dengan suara desir padi dan alunan festival jazz pinggir sawah.

Api unggun menambah kehangatan, sementara pasar kreatif memajang kerajinan lokal dan hasil bumi organik. Suasana sederhana namun khusyuk ini berhasil menjauhkan pengunjung dari hiruk-pikuk kota, merangkul kesederhanaan yang menenangkan jiwa.

Menurut Nurcholis, Kepala Unit Usaha Umbul Besuki Kiringan Ponggok, antusiasme para pemancing melebihi ekspektasi. “Awalnya kami fokus pada daya tarik bawah air. Ketika pemuda desa menginisiasi budidaya nila, ide memancing massal pun lahir. Ini bukan sekadar atraksi wisata, tetapi media untuk memetik hasil jerih payah LUPMMDES dan semangat gotong royong warga,” ujarnya.

Dari perspektif ekonomi, sistem iuran memancing dan konsumsi di warung PKK membuka aliran pendapatan baru yang signifikan. Data LUPMMDES mencatat peningkatan omset saat program panen pertama digelar.

Lebih dari sekadar angka, ini bukti nyata budaya kolektif yang hidup, bergandeng tangan memajukan desa demi kesejahteraan bersama. Tak kalah penting, seluruh rangkaian kegiatan dirancang inklusif.

Akses bagi penyandang disabilitas disediakan hingga area memancing, sedangkan pemandu lokal mendapat pelatihan komunikasi inklusif dan storytelling budaya Ponggok. Hasilnya, setiap pengunjung, tanpa terkecuali, merasakan keragaman dan kehangatan komunitas.

Sensasi memancing di bawah sinar matahari, dipadu ketegangan saat kail tersambar dan sorak sorai saat ikan dinaikkan, menjadi cerita yang terus berulang di warung, meja makan keluarga, hingga ruang diskusi komunitas.

Wisata bukan sekadar destinasi, melainkan langkah kolektif menorehkan nilai tambah bagi masyarakat. Umbul Besuki kini lebih dari sekadar air jernih dan kolam transparan. Ia adalah panggung inovasi, pemberdayaan, dan kolaborasi lintas sektor.

Ketika pengunjung pulang membawa ikan segar serta kisah petualangan, warga Ponggok pulang dengan rasa bangga, merayakan semangat gotong royong yang nyata. Dengan pijakan kebersamaan dan visi berkelanjutan, desa kecil ini membuktikan bahwa destinasi wisata terbaik adalah yang mengalirkan berkah bagi semua yang singgah.