Akhir Kisah Firdaus 22 Hari Hilang di Gunung Binaiya, Ia Ditemukan Tewas

Posted on

Firdaus Ahmad Fauzi (27) ditemukan tewas usai 22 hari hilang di Gunung Binaiya, Maluku Tengah. Jenazah korban ditemukan di tepian sungai Yahe, Sabtu (17/5).

Firdaus dilaporkan hilang di jalur pendakian Gunung Binaiya di Nasapeha, Kecamatan Tehoru pada Sabtu (26/4/2025) sekitar pukul 17.30 WIT. Selama hilang, korban hanya membekali diri dengan 3 botol air minum tanpa makanan.

“Saat yang bersangkutan hilang, kondisi angin kencang dan kabut,” ujar Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Manusela, Kacuk Seto Purwanto dalam keterangannya, Selasa (29/4/2025).

Kacuk menjelaskan, awalnya tim pendaki terdiri dari enam orang termasuk korban dan dua porter turun dari puncak gunung Binaiya. Dalam perjalanan, korban terpisah dari rombongannya.

“Saat tiba di (jalur pendakian) Nasapeha, tiba-tiba korban terpisah dari tim,” ungkap Kacuk.

Saat itu, korban hanya membawa tiga buah headlamp, sedangkan ranselnya tidak berisi makanan. Rekan korban bersama polisi kehutanan sempat mencari korban namun keberadaannya tidak diketahui.

“Tim smart patroli ikut membantu pencarian survivor (pendaki), namun masih belum mendapatkan hasil (korban belum ditemukan),” bebernya.

Balai Taman Nasional Manusela pun menutup jalur pendakian Gunung Binaiya pascahilangnya pendaki asal Bogor tersebut. Penutupan berlangsung selama 13 hari.

“Iya, (aktivitas pendakian) Gunung Binaiya sementara ditutup, terhitung sejak 29 April hingga 11 Mei 2025,” kata Kacuk.

Kebijakan ini dilakukan agar tim SAR gabungan bisa fokus melakukan pencarian. Pendaki lain yang nekat melakukan pendakian akan dikenakan sanksi.

“Semua jalur ditutup, kita tidak kasih izin dulu, kalau ada (pendaki) yang tetap naik berarti itu ilegal,” beber Kacuk.

Upaya pencarian Firdaus terkendala jaringan komunikasi dan cuaca. Ritual adat yang melibatkan masyarakat setempat turut mewarnai proses pencarian terhadap pendaki tersebut.

“Sudah lakukan ritual ada juga termasuk menggunakan menggunakan drone, tetapi adapun faktor kendalanya, yakni jaringan komunikasi dan cuaca,” kata Kapolsek Tehoru, Iptu Affan Slamet kepada wartawan, Minggu (4/5).

Tim SAR yang melakukan pencarian sempat menemukan jejak sepatu dan puntung rokok milik korban. Jejak sepatu ditemukan dekat Sungai Yala, sedangkan puntung rokok dekat Sungai Yahe, Jumat (2/5).

“Telah ditemukan jejak sepatu dan puntung rokok diduga milik pendaki yang hilang di Gunung Binaiya,” ungkap Affan.

Operasi tim SAR untuk mencari Firdaus akhirnya dihentikan pada Minggu (4/5). Kebijakan ini mempertimbangkan hasil evaluasi personel yang tidak kunjung menemukan keberadaan korban.

“Operasi SAR dihentikan atau ditutup sesuai SOP Basarnas, kan pencarian sudah dilaksanakan selama 7 hari dan tidak ada tanda-tanda korban ditemukan,” ungkap Kepala Basarnas Ambon, Muhamad Arafah kepada infocom, Senin (5/5).

Kebijakan ini sudah dikoordinasikan dengan pihak keluarga korban. Kendati begitu, rencana kelanjutan pencarian akan ditinjau kembali.

“Dalam operasi juga mendapati hambatan terutama pada jaringan sinyal sehingga tim sulit melapor perkembangan pencarian tepat waktu dan kendala cuaca,” bebernya.

Namun, pencarian Firdaus kembali dilanjutkan berdasarkan permintaan dari berbagai pihak termasuk keluarga. Pencarian tahap kedua berlangsung selama 6 hari yang dimulai pada Senin (12/5).

“Kemudian ada kesepakatan dengan Bapak Wakil Bupati Maluku Tengah, di mana pencarian hanya 7 hari saja,” kata Kepala Balai Taman Nasional Manusela, Deny Rahadi, Senin (12/5).T

Pencarian pun difokuskan di jalur pendakian Nasapeha, lokasi terakhir Firdaus terpisah dengan rombongan. Selain itu, juga di Kali Yahe, tempat ditemukan jejak bekas sepatu dan puntung rokok dari Firdaus.

“Metode penjelajah saja ke lokasi yang diperkirakan lokasi tersesatnya saudara Firdaus. Relawan dan masyarakat pun ssudah siap melakukan pencarian,” ucap Deny.

Firdaus akhirnya ditemukan di Sungai Yahe, kawasan Gunung Binaiya pada Sabtu (17/5) sekitar pukul 14.30 WIT dalam kondisi telah meninggal dunia.

“Informasinya sedang dalam proses evakuasi, jadi sore hingga jelang malam itu (diangkat jasad) dari bawah lembah air terjun Sungai Yahe. Kedalamannya sekitar 70-80 meter,” ungkap Deny, Minggu (18/5).

Jenazah Firdaus kemudian dibawa secara estafet melewati tiga shelter pendakian sebelum tiba di Desa Piliana. Jika tidak terkendala cuaca, jenazah korban akan tiba dalam sehari perjalanan dan diserahkan ke pihak keluarga.

“Kita doakan semoga tidak ada kendala cuaca apalagi ditambah medannya juga cukup terjal. Di (Desa) Piliana ada keluarganya juga almarhum yang menunggu,” jelasnya.

Deny mengaku pihaknya belum bisa memastikan atau menduga penyebab Firdaus tewas. Dia mengatakan, kepastian kematian pendaki tersebut bisa diketahui kalau ada dukungan pemeriksaan medis.

“Kita belum bisa menduga apalagi memastikan kan bahwa (almarhum Firdaus) meninggal dunia disebabkan karena apa. Kalau memang ada hasil forensik atau medis baru bisa dipastikan,” jelas Deny.

——

Artikel ini telah naik di

Kronologi Hilangnya Firdaus

Ritual Adat Digelar untuk Mencari Firdaus

Operasi Pencarian Firdaus Dilanjutkan Kembali

Jasad Firdaus Akhirnya Ditemukan