Arab Saudi Buka Toko Alkohol Pertama di Riyadh, Bidik Investor-Turis Kaya

Posted on

Arab Saudi mulai membuka akses ke satu-satunya toko alkohol di Riyadh. Pembelian tetap dibatasi dengan persyaratan khusus dan tidak bisa dilakukan sembarang orang.

Toko alkohol tersebut menyasar warga asing nonmuslim pemegang Premium Residency. Langkah terbatas itu menjadi bagian dari upaya kerajaan menarik investor dan wisatawan kelas atas.

Dikutip dari Associated Press, Senin (29/12/2025) toko tanpa papan nama tersebut berada di Kawasan Diplomatik Riyadh, meski tak pernah diumumkan secara resmi, kabar pembukaan akses ini cepat menyebar dan memicu antrean kendaraan serta pengunjung. Sebelumnya, toko yang dibuka pada Januari 2024 itu hanya melayani diplomat asing non-Muslim.

Premium Residency sendiri merupakan izin tinggal khusus bagi investor, pengusaha, dan tenaga ahli berpenghasilan tinggi. Berbeda dengan izin tinggal biasa, status ini tidak memerlukan sponsor lokal dan memberi sejumlah hak istimewa, termasuk memiliki properti dan membuka usaha.

Sebagai negara dengan hukum Syariah dan rumah bagi situs suci Islam, Arab Saudi telah melarang alkohol sejak awal 1950-an. Kehadiran toko tersebut dinilai sebagai uji coba terbatas di tengah upaya Putra Mahkota Mohammed bin Salman menarik wisatawan dan investasi asing, sekaligus mengurangi ketergantungan ekonomi pada minyak.
Keamanan di toko tersebut sangat ketat.

Pengunjung wajib melewati pemeriksaan menyeluruh, ponsel dan kamera dilarang, bahkan kacamata diperiksa untuk memastikan bukan perangkat pintar. Dari dalam, suasananya disebut menyerupai toko bebas bea, meski pilihan minuman masih terbatas dan harganya tergolong mahal.

Selama ini, warga Saudi yang ingin mengonsumsi alkohol biasanya bepergian ke Bahrain atau Dubai. Sebagian lainnya memilih minuman non-alkohol, yang kini populer di festival dan acara besar, terutama di kalangan anak muda yang ingin merasakan atmosfer tanpa melanggar aturan.

Sebagai informasi, larangan alkohol di Arab Saudi berakar dari insiden pada 1951, ketika putra Raja Abdulaziz menembak mati Wakil Konsul Inggris dalam kondisi mabuk. Peristiwa itu menjadi titik awal pelarangan total, aturan yang kini perlahan diuji ulang, meski masih sangat terbatas.