Sugeng Parwoto (50), Aparatur Sipil Negara (ASN) asal Temanggung, ditemukan tewas ketika mendaki Gunung Merbabu. Korban diduga sudah tewas sekitar sepekan sebelum tim SAR menemukan jenazahnya.
Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto, menuturkan Sugeng yang merupakan warga Krasak, Tlogorejo, Temanggung, ini diperkirakan meninggal sejak Sabtu (19/4), atau usai dinyatakan hilang dari flying camp, atau lokasi berkemahnya di Pos 5 Gunung Merbabu.

“Sudah fix, 6 sampai 7 hari, sudah tepat untuk perkiraan waktu (korban meninggal). Jadi hari Sabtu pada saat kejadian, peristiwa Pak Sugeng ditemukan tidak ada di tenda, kemudian tendanya sudah diangkat, ternyata Pak Sugeng tergelincir dan jatuh ke bawah, ke tebing,” jelas Rosyid saat ditemui usai menutup turnamen bola voli Kapolres Cup, Minggu (27/4/2025).
Rosyid menjelaskan autopsi jenazah Sugeng juga sudah keluar hasilnya setelah tim SAR berhasil mengevakuasi pada Jumat (25/4). Dari pemeriksaan, terungkap penyebab tewasnya ASN yang berdinas di Dinas Kesehatan (Dinkes) Temanggung itu karena pendarahan bagian kepala.
“Dari hasil autopsi tidak ada hal yang mencurigakan. Dalam hal ini Pak Sugeng penyebab kematiannya yaitu karena benda tumpul yaitu ada pendarahan di bagian kepala, namun demikian tidak pendarahan luar. Artinya ada pendarahan dalam di bagian otak,” kata dia.
Kemudian berdasarkan olah TKP lokasi kejadian, diduga Sugeng tergelincir jatuh ke tebing dan kepalanya membentur batu. Selain luka pendarahan di kepala, disebutkan beberapa ruas tulang juga patah.
“Jadi ini identik dengan luka tergelincir atau luka jatuh dari ketinggian,” terangnya.
Terkait dugaan Sugeng terempas karena badai, Rosyid memaparkan dari hasil pengamatan cuaca BMKG maupun Lanud Adi Soemarmo, saat kejadian terjadi awan cumulonimbus. Artinya, tutur Rosyid, ada potensi hujan besar pada Sabtu (19/4) dini hari.
“Namun kekuatan angin seberapa itu yang belum kita ketahui, karena perspektif terhadap kekuatan angin ini sendiri butuh pengukuran riil di lapangan. Kemungkinan besar (tergelincir), karena dari luka-lukanya tidak ditemukan luka luar dan tidak ada luka untuk dugaan-dugaan terkait kriminalitas lainnya, kemungkinan Pak Sugeng tergelincir,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang pendaki dilaporkan hilang di Gunung Merbabu pada Sabtu (19/4). Korban diketahui mendaki sendirian melalui jalur Timboa, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali.
“Dia mendaki sendiri melalui jalur Timboa di sisi timur Gunung Merbabu. Jalur ini bukan jalur resmi pendakian di Merbabu, jadi ya nggak ada izinnya. Iya, ilegal,” jelas asubbag TU Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Nurpana Sulaksono, Senin (21/4).
Sugeng Parwoto sempat berkemah di Pos 5 bersama 7 pendaki lain yang bertemu di pos tersebut. Namun pada Sabtu dini hari sekitar pukul 01.30 WIB, terjadi badai. Kemudian pagi harinya Sugeng diketahui sudah tidak ada di tempat berikut tenda dan tasnya.
Tim SAR gabungan kemudian melakukan pencarian dan operasi SAR dibuka hingga akhirnya pada Kamis (24/4) pukul 17.30 WIB.
Koordinator Posko Operasi SAR gabungan Basecamp Timboa, Tri Puji Sugiharto, mengatakan Sugeng Parwoto ditemukan sudah meninggal dunia di tebing jurang antara pos 4 dan pos 5. Tebing lokasi penemuan survivor memiliki kemiringan sekitar 80 derajat.
Setelah berhasil dievakuasi, jenazah Sugeng kemudian dibawa ke RSUD dr. Moewardi Solo untuk dilakukan autopsi.