Pembabatan hutan di Pegunungan Sanggabuana bukan hanya menghancurkan tutupan pohon, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup satwa liar. Salah satu satwa yang merana adalah owa jawa.
Hutan di Gunung Sanggabuana di Kabupaten Karawang, Jawa Barat memang menjadi rumah bagi beragam satwa. Ada tiga satwa liar yang menjadi prioritas konservasi di hutan tersebut, yakni elang jawa, owa jawa, dan macan tutul jawa.
Dengan adanya pembabatan hutan di kawasan tersebut, ruang hidup mereka pasti terganggu. Founder Sanggabuana Conservation Foundation (SCF), Bernard T. Wahyu Wiryanta, mengatakan kerusakan yang terjadi di hutan Pegunungan Sanggabuana membuat satwa di sana kesulitan hidup.
Salah satu yang paling merasakan dampaknya adalah owa, primata yang kini semakin sulit ditemukan.
“Jelas ada karena beberapa jenis satwa dilindungi yang hampir punah seperti owa misalnya itu banyak yang terisolasi di beberapa blok hutan, dia tidak bisa kemana-mana lagi. Karena pohon tingginya kan ditebang, jadi terisolasi,” kata Bernard saat dihubungi infoTravel, Rabu (10/12/2025).
Kondisi itu membuat populasi satwa semakin terpecah, sehingga mengganggu pola hidup dan pergerakan mereka. Upaya rehabilitasi sudah dilakukan, namun kembali terganggu ketika musim hujan tiba karena masyarakat kembali masuk hutan untuk menanam berbagai komoditas.
“Tapi mendekati awal-awal musim hujan gini orang banyak ke hutan lagi kan, karena musim hujan mau menanam segala macam pohon begitu. Jadi masih banyak yang menebang juga, jadi (pembabatan) hutan di sini lebih cepat daripada rehabilitasi yang kita lakukan,” dia menegaskan.
Oleh karenanya untuk memitigasi potensi kerusakan yang semakin masif, pihaknya bersama Perhutani dan Kostrad mengatakan akan melakukan pemetaan dan pendataan terkait lahan yang terbuka. Ia juga menyindir pemerintah daerah yang hanya berwacana saja tanpa ada aksi nyata untuk mengupayakan kelestarian ekosistem di Pegunungan Sanggabuana.
“Minggu ini kita bersama Perhutani dan Kostrad akan melakukan mitigasi khusus di Sanggabuana, termasuk mendata hutan-hutan yang rusak seperti apa. Saya berharap pemerintah kabupaten ya tidak hanya berwacana di media sosial atau di media saja, aksi nyatanya nggak ada ceremony-ceremony saja,” kata Bernard.
“Jadi kan ini bukan tanggung jawab masyarakat saja, pemerintah harus mendorong juga untuk membantu masyarakat sekarang gantian mereka mendorong masyarakat untuk memperbaiki hutannya. Jangan (pembabatan) hutan dibiarkan saja,” dia menambahkan.
