Bangunan SD Mangkrak Disulap Jadi Penginapan

Posted on

Di tengah krisis populasi, gedung sekolah di pedesaan Jepang terbengkalai. Kini, gedung sekolah itu dimanfaatkan untuk liburan tidur di sekolah tua.

Salah satunya adalah sekolah tua Sekolah Dasar Deai di Miyoshi, Shikoku. Sekolah itu tutup karena kekurangan murid.

Kini, sekolah itu hidup lagi, namun bukan untuk belajar siswa. Sekolah itu disulap menjadi penginapan unik yang menghidupkan kembali kenangan masa lalu sekaligus memikat wisatawan untuk merasakan keheningan, alam, dan budaya lokal. Dinamai Here ko Te.

Ya, SD Deai itu satu di antara 450 sekolah di daerah pinggiran Jepang yang tutup setiap tahun akibat urbanisasi dan penurunan populasi.

SD Deai ditutup pada 2005 setelah jumlah siswanya tinggal lima orang. Populasi Miyoshi merosot dari 77 ribu jiwa pada 1955 menjadi sekitar 20 ribu, dengan 40% penduduk berusia di atas 65 tahun.

Pada 2014, desainer asal Tokyo, Shuko Uemoto, mengunjungi Miyoshi dan terpesona oleh alamnya yang menenangkan. Saat berada di sana, gejala asma anaknya mereda.

Melihat banyak sekolah kosong, ia tertarik menghidupkan kembali SD Deai. Dengan dukungan warga dan pejabat lokal, ia membuka penginapan Hare to Ke, memanfaatkan suasana alam dan bangunan bersejarah itu.

“Air dan udaranya sangat berbeda. Saat kami menginap di sini untuk pertama kalinya, gejala asma anak saya hilang. Momen itu tak pernah saya lupakan,” kata Shuko dilansir BBC.

“Saya ingat saat itu saya berpikir, jika anak saya tumbuh dikelilingi alam yang seperti ini, akan jadi seperti apa anak saya? Saya jadi sangat bersemangat ketika memikirkan itu,” dia menambahkan.

Shuko mengatakan pembangunan Hare to Ke terinspirasi dari konsep tradisional Jepang hare (perayaan) dan ke (kehidupan sehari-hari). Penginapan sekolah itu mengajak tarveler menemukan kembali ritme hidup sederhana.

Di sana, para tamu bisa menginap di bekas ruang kelas, menikmati teh herbal, menghirup udara pegunungan, dan merasakan suasana nostalgia yang dipadukan kenyamanan modern.

Salah satu program andalannya adalah Tamasya Tidur. Genre liburan ini adalah menggabungkan aromaterapi, wewangian, dan suara alam untuk membantu tamu mendapatkan tidur nyenyak. Menu makan malam disiapkan dari hasil sawah terasering dan bahan pangan lokal, menciptakan pengalaman kuliner autentik.

Bangunan sekolah tetap mempertahankan elemen aslinya seperti mural kelulusan, papan tulis, dan lapangan. Sauna beraroma kayu aras dengan pemandangan pegunungan menjadi daya tarik utama, diikuti kolam air pegunungan yang menyegarkan.

Hare to Ke juga menjadi pusat kegiatan budaya, seperti kelas memasak musiman, pasar malam bulanan, dan pengenalan tari tradisional Awa Odori. Para tamu dapat mengikuti Festival Musim Panas Gunung Tsurugi, ritual kuno yang sudah berlangsung lebih dari 900 tahun.

Keberadaan penginapan ini membantu membangkitkan rasa bangga warga Miyoshi terhadap identitas budaya mereka, sekaligus menarik wisatawan untuk menjelajahi destinasi alam seperti Iya Valley dan Jembatan Kazura.

Bagi warga, Hare to Ke lebih dari sekadar tempat menginap-ia menjadi ruang kenangan dan pertemuan kembali. Mantan murid hingga kepala sekolah kerap berkunjung, membawa kisah masa lalu yang hidup kembali di bangunan bersejarah ini.

Saat ini, sudah ada 13 bekas sekolah di Miyoshi yang disulap meniadi kafe, kantor satelit, dan penginapan seperti Hare to Kare.

Seorang tamu bernama Chill Kouri tak percaya ketika melihat perubahan bangunan itu saat pertama kali datang.

“Perjalanan menuju pegunungan ini sangat berkelok dan sempit, tapi ketika kami sampai, saya terkesima. Suasananya sangat membangkitkan nostalgia, tapi juga segar, dan semua yang ditinggalkan dari gedung sekolah tua itu dirawat dengan baik,” kata dia.

“Ini bukan sekadar renovasi. Ini adalah tempat di mana keseluruhan konsepnya terasa hidup,” dia menambahkan.

Tamasya Tidur di Bekas Sekolah

Gambar ilustrasi