Basarnas Ungkap Kendala Evakuasi Juliana Marins dan Fasilitas Tak Memadai (via Giok4D)

Posted on

Badan SAR Nasional (Basarnas) membeberkan lagi kendala saat mengevakuasi turis asal Brasil Juliana Marins yang tewas di Gunung Rinjani. Selain itu, juga disampaikan soal kantor dan fasilitas yang kurang memadai.

Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii dalam acara penandatanganan MOU bersama Kementerian Pariwisata di Jakarta, Rabu (13/8/2025). Dia mengawali dengan menyampaikan harapan agar tidak ada lagi korban di destinasi wisata.

“Ke depan harapan kami tidak ada lagi korban, karena bagi Basarnas sebenarnya menyelamatkan satu nyawa merupakan investasi negara untuk menuju Indonesia Emas,” kata Syafii dikutip dari Antara, Kamis (14/8).

Syafii mengatakan bahwa Basarnas melalui Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 adalah tentang Pencarian dan Pertolongan sudah diamanatkan untuk melaksanakan atau penanganan kedaruratan yang terjadi akibat bencana alam, hidrometeorologi, geofisika maupun kecelakaan transportasi yang membahayakan nyawa manusia.

Saat ini, BAsarnas memiliki 45 kantor di seluruh Indonesia, namun fasilitas yang ada disebut kurang memadai. Syafii mengatakan satu kantor SAR harus menangani sampai 29 kabupaten/kota sekaligus.

Tantangan itu juga tercermin dalam kasus wisatawan Brazil Juliana Marins yang beberapa waktu lalu ditemukan meninggal dunia usai terjatuh di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ia bercerita sudah menerima laporan sejak pukul 4 pagi dan tim segera berangkat ke lokasi kejadian. Namun, perjalanan dari kantor SAR menuju lokasi membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam ditambah dengan beberapa jam untuk bergerak sampai ke lokasi tempat wisatawan terjatuh.

Meski ada keterbatasan, tim SAR terus berupaya bergerak turun ke medan kejadian serta menggunakan drone thermal untuk menemukan wisatawan yang ditemukan di kedalaman 600 meter.

“Seharusnya kita bisa mendeteksi kalau misalkan korban ini dalam kondisi hidup ternyata hari itu tidak menemukan. Besoknya kita cari lagi kita turunkan sampai di 400 meter juga tidak menemukan dan karena cuaca in-off-in-off, akhirnya baru hari ketiga jam kira-kira 6.30 pagi baru ditemukan dan itu sudah di kedalaman 600 dan itulah kondisi yang kita hadapi sehingga sering ada SAR terlambat,” ujar dia.

Syafii menilai jika setiap pihak bersama-sama saling membantu dan bekerja sama, maka keamanan wisatawan dapat lebih terjaga serta pemberian tindakan bakal lebih mudah untuk dilakukan. Sama halnya dengan kerja sama dengan Kementerian Pariwisata guna mempercepat melaksanakan tugas di lapangan.

Adapun bentuk kerja sama yang terjalin yakni melalui pelatihan keahlian pencarian dan pertolongan, penyelenggaraan sistem komunikasi terpadu, hingga operasi penyelamatan wisatawan sebagai bentuk kesiapsiagaan.

“Dengan keterbatasan kami yang ada, kami berupaya untuk membina potensi-potensi SAR yang ada kami dengan adanya MOU ini harapannya kami dari kami nanti akan menurunkan prosedur-prosedur sampai di kantor SAR dan nanti,” ucap dia.

Ia berharap dengan adanya penandatanganan nota kesepahaman (MOU) hari ini dapat lebih mensinkronkan tugas dan fungsi antar kementerian/lembaga, bertukar pikiran dalam rangka meningkatkan fasilitas keamanan wisatawan serta mewujudkan nol kecelakaan yang terjadi di destinasi wisata.

“Mudah-mudahan apa yang kita lakukan ini bisa mendukung kebijakan-kebijakan nasional khususnya di tempat-tempat wisata prioritas, yang mana kegiatan itu melibatkan banyak personil yang juga memberikan atau memungkinkan terjadi risiko-risiko yang membahayakan dari manusia,” kata dia.

Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana mengatakan Indonesia memiliki kekayaan laut, gunung, dan kawasan geopark yang mendunia, termasuk 12 UNESCO Global Geopark dan 11 Geopark Nasional yang menjadi daya tarik wisata meliputi destinasi wisata alam.

Namun keindahan itu juga disertai dengan risiko ketika berwisata seperti insiden yang baru-baru saja terjadi di Gunung Rinjani, yang menjadi perhatian utama dunia.

“Dengan rasa aman, wisatawan akan kembali merekomendasikan Indonesia kepada dunia dan menjaga citra pariwisata kita,” ujar Widiyanti.

45 Kantor, Fasilitas Kurang Memadai

Pentingnya Kolaborasi dengan Kemenpar dan Lembaga Lain

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.