Catatan dari Wanadri untuk Evakuasi Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani

Posted on

Wanadri atau Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri, sebuah organisasi pecinta alam tertua di Indonesia memberikan tanggapan terhadap pendaki Brasil yang jatuh dan ditemukan meninggal di Gunung Rinjani. Mereka mengapresiasi tim SAR yang berhasil mengevakuasi jenazah korban.

“Pertama-tama kita ikut turut bela sungkawa ya terhadap kejadian ini, terutama terhadap korban dan keluarganya ya. Kedua, kita patut apresiasi dan bangga kepada tim besar kita yang sudah bersusah payah dengan medan yang cukup berbahaya yang pada nyatanya bisa mengevakuasi jenazah korban dengan baik sampai di tempat yang semestinya,” kata Alisar, Ketua Komisi Operasional Dewan Normatif Wanadri dan Ketua Monev Recruitment Wanadri dihubungi infocom, Kamis (26/6/2025).

Terkait masalah ini, Wanadri punya beberapa catatan untuk semua pihak terkait pendakian ke Gunung Rinjani dan semua gunung lainnya di Indonesia. Terutama evaluasi penting bagi para pendaki.

“Sepengetahuan kami semua taman nasional sudah punya SOP dan dikelola dengan baik. Cuman permasalahannya di Indonesia ini kan jalur-jalur tikus itu kan banyak. Kemudian pendaki sendiri kadang-kadang ingin mencoba-coba. Jadi evaluasinya adalah pertama adalah terkait dengan kasus Rinjani ya atau yang lainnya, pertama adalah kesiapan pendaki tersebut.

“Kedua ikuti dan patuhi aturan yang berlaku di mana pun mereka akan mendaki gunung. Ketiga adalah amati kondisi medan, pelajari cuaca, ketinggian, apa kendala-kendala apa atau searching lah sebanyak-banyaknya pengetahuan terkait gimana gunung yang akan didaki,” papar Alisar.

Adapun poin terakhir yang juga menjadi harapan Wanadri adalah tim penyelamat untuk tetap terus memperbarui pengetahuan dan peralatan mereka.

“Kepada tim penyelamat mohon terus di-upgrade atau di-update pengetahuan dan skill-nya terkait daripada apa SOP daripada pencarian dan penyelamatan. Dan terakhir kalau evakuasi itu hanya kan tinggal tinggal mengangkat jenazah sebetulnya dalam operasi SAR,”

“Yang paling penting adalah filosofinya untuk SAR itu adalah mencari dan menyelamatkan. Itu yang terpenting. Semua Itu harus ditunjang dengan skill daripada penyelamat dan kedua adalah ditunjang peralatan yang mumpuni sesuai dengan medan operasi yang akan dilakukan. Lebih banyak referensi, lebih banyak studi kasus, lebih banyak peningkatan skill, lebih banyak peralatan yang disiapkan, itu akan lebih siap kita melakukan tindakan tersebut,” lanjutnya.

Di media sosial, banyak netizen Brasil dan Indonesia mempertanyakan hingga menyalahkan kematian Juliana, karena keterlambatan penyelamatan. Terkait hal ini, Basarnas berjanji akan mengevaluasi sistem penyelamatan mereka.

“Pada saat rapat evaluasi mungkin ada hal-hal yang akan kami lakukan, dari kejadian ini kami bisa memberikan pelatihan-pelatihan dan di beberapa titik mungkin perlu ditambahkan fasilitas untuk mempercepat proses penyelamatan kedaruratan,” ujar Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, Rabu (25/6/2025) malam dikutip dari infobali.