Musim panas tiba, namun jumlah kunjungan turis AS ke Eropa tercatat menurun. Untungnya, ada turis China.
Dikutip dari CNBC pada Kamis (12/6/2025), data dari Komisi Perjalanan Eropa (ETC), menunjukkan bahwa hanya 33% responden survei AS yang berencana untuk mengunjungi Eropa musim panas ini. Persentase itu turun sekitar 7% dibandingkan tahun lalu.
Penurunan tersebut tampaknya sebagian besar terkait dengan pendanaan, 54% dari koresponden menyebutkan biaya perjalanan yang tinggi sebagai hambatan. Selain itu, kekhawatiran politik juga masuk dalam daftar.
“Sentimen perjalanan paling kuat di antara orang Amerika dari Timur Laut (43% vs. 33% dalam sampel total), wilayah yang biasanya condong ke Demokrat dan berbeda secara politik dari Trump,” catatan organisasi tersebut.
Eropa biasanya menyambut jutaan pengunjung AS setiap tahun. Turis AS di Inggris pada tahun 2023 misalnya mencapai rekor 5,1 juta, sementara di Prancis jadi lima negara yang paling banyak buang uang.
Meski turis AS menurun, wisatawan China terlihat mendominasi menggantikan posisi. Turis China melonjak 10% dari tahun lalu, 72% responden yang berasal dari China mengatakan bahwa mereka memiliki rencana untuk liburan ke Eropa.
“Sentimen yang kuat didukung oleh meningkatnya pendapatan yang dapat dibelanjakan, kebijakan perjalanan yang menguntungkan, dan pergeseran konsumen ke arah memprioritaskan pemenuhan pribadi dan pengalaman gaya hidup seperti pariwisata,” kata ETC.
Biro Statistik Nasional China awal tahun ini mengatakan bahwa pendapatan per kapita nasional yang dapat dibelanjakan tumbuh lebih dari 5% dibandingkan tahun sebelumnya pada kuartal pertama tahun 2025.
Eropa telah lama menjadi tujuan utama bagi wisatawan China, dengan banyak yang ingin membeli barang-barang mewah saat bepergian. Tren ini terhenti mendadak selama pandemi Covid-19, tetapi dapat kembali meningkat sekarang.
Lebih dari separuh wisatawan China sekarang mengatakan bahwa berbelanja adalah bagian dari rencana perjalanan mereka ke Eropa, menurut data ETC. Namun, angka-angka tersebut juga menunjukkan bahwa wisatawan mungkin mengubah pola pengeluaran mereka.
Sekarang mereka cenderung lebih mengencangkan ikat pinggang. Hanya 29% dari mereka yang berharap untuk menghabiskan lebih dari 200 euro (Rp 3,7 jutaan) sehari, turun 44% dibandingkan tahun lalu. Sebaliknya, mayoritas pengunjung China sekarang ingin menghabiskan antara 100 dan 200 euro per hari.