Keberlanjutan gajah di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) terancam karena masalah lahan. Gajah berperan penting dalam ekosistem lho!
Aksi perusakan fasilitas taman nasional pada 21 November oleh massa, mencuatkan tagar #SaveTNTN, #SaveTessoNilo, hingga #SavegajahSumatera di sosial media.
Taman Nasional Tesso Nilo memiliki luas mencapai 81.793 hektar dan menjadi rumah bagi flora dan fauna endemik di Indonesia. Namun, hingga saat ini, hanya tersisa seluas 12.561 hektare atau sekitar 15% kawasan hutan yang masih bisa difungsikan sebagai hutan alami.
Kondisi ini menjadi ancaman bagi habitat hutan, terutama gajah Sumatera yang menghuni taman nasional. Dalam websitenya, Kemenpar menuliskan terapat 60-70 ekor gajah sumatera hidup di Tesso Nilo.
WWF menuliskan gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) adalah mamalia hutan di wilayah Sumatera yang memiliki peran penting dalam ekosistem di Tanah Andalas. Gajah sumatera tidak sebesar saudaranya di Afrika, tetapi mereka dapat tumbuh hingga 2,6 meter. Kelompok gajah berkeliaran setiap hari di dataran rendah dekat sungai, mengonsumsi rata-rata 200 kilogram makanan yang terdiri dari dedaunan, buah-buahan, dan biji-bijian.
Jika bicara global, pada 1979, populasi gajah dunia mencapai 1,3 juta ekor di Afrika dan Asia. Pada 2016, jumlah tersebut berkurang menjadi hanya 450.000. Baik gajah Afrika maupun gajah Asia telah menjadi sasaran perburuan liar tanpa henti selama berabad-abad, dengan perdagangan satwa liar ilegal yang muncul pada abad ke-20 mempercepat penurunan populasi.
Hilangnya habitat dan fragmentasi dalam skala besar telah memperburuk penurunan ini sepuluh kali lipat.
Traveler harus mengetahui, betapa pentingnya keberadaan gajah bagi alam dan manusia. Hewan berbadan besar ini salah satu mahluk paling cerdas di planet kita lho. Bahkan di Afrika, gajah sangat dihormati karena berperan penting dalam pembentukan landskap dan budaya warganya.
Dikutip dari savetheelephants, Kamis (27/11/2025) salah satu peran gajah adalah menyemaikan biji pohon dan merombak ekosistem.
Gajah disebut juga dengan spesies payung karena luasnya pengaruh yang dia bawa di setiap tempat gajah hidup. Sebagai hewan penjelajah, mereka mengendalikan ketersediaan sumber daya bagi spesies lain dengan memodifikasi lingkungan fisik di sekitar mereka dan dengan demikian mengubah, memelihara, dan menciptakan habitat.
Selama musim kemarau, gajah menggunakan gadingnya untuk menggali air. Hal ini tidak hanya memungkinkan gajah bertahan hidup di lingkungan kering atau saat kekeringan melanda, tetapi juga menyediakan air bagi hewan lain yang berbagi habitat. Ketika gajah hutan makan, mereka menciptakan celah yang memungkinkan tanaman baru tumbuh dan menciptakan jalur bagi hewan kecil lainnya.
Celah ini juga merupakan salah satu cara utama pohon menyebarkan benihnya dan beberapa spesies pohon bergantung sepenuhnya pada gajah untuk penyebaran benih.
Di mana pun mereka tinggal, gajah meninggalkan kotoran yang penuh dengan biji dari berbagai tanaman yang mereka makan. Ketika kotoran ini diendapkan, biji-biji tersebut disemai dan tumbuh menjadi rumput, semak, dan pohon baru, yang meningkatkan kesehatan ekosistem sabana.
Di sabana, gajah memakan tunas pohon dan semak belukar sehingga membantu menjaga dataran tetap terbuka. ‘Bantuan’ tersebut mendukung kehidupan satwa liar dataran yang menghuni ekosistem ini.
Dikutip dari David Shepherd Wildlife Foundation, melalui ukurannya yang besar, gajah dapat memodifikasi dan memelihara lingkungan fisik di sekitar mereka dan menguntungkan seluruh komunitas satwa liar. Banyak hewan dan tumbuhan kecil ‘berterima kasih’ kepada gajah yang merobohkan pepohonan di tengah perjalanan mereka.
Salah satu hewan yang merasakan manfaat dari keberadaan gajah adalah kadal. Hewan ini sangat menyukai pohon yang rusak akibat gajah, memanfaatkan celah-celah yang terbentuk dari dahan pohon yang patah dan kulit kayu yang robek untuk mencari perlindungan.
Gajah juga menciptakan celah di hutan saat mereka berjalan, membuka kanopi hutan yang lebat dan memungkinkan berbagai spesies tanaman untuk memanfaatkan cahaya matahari dan berkembang biak. Komunitas tumbuhan baru ini menawarkan vegetasi dan tempat berlindung yang melimpah, membantu menjaga komunitas.
Jika hutan subur, pepohonan terjaga sedemikian rupa, manusia juga pasti merasakan manfaat yang sangat besar. Salah satunya adalah oksigen berkualitas. Jika manusia mengelola hutan dengan benar, dipastikan kekayaan flora dan fauna endemik bisa berumur panjang dan menjadi warisan buat generasi di masa depan.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Namun, dengan perannya yang begitu besar bagi alam dan manusia, pantas kah gajah harus menerima kerakusan manusia? Sudah saatnya traveler sadar!
