Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi ingin Cirebon menjadi seperti Yogyakarta versi Jawa Barat. Namun kenyataannya, gedung kesenian di Cirebon malah rusak dan berlumut.
Gubernur yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) itu menyebut potensi pariwisata Cirebon setara dengan Yogyakarta. Ia pun ingin Cirebon menjadi Yogyakarta tapi versi Jawa Barat.
“Dalam gambaran saya Kabupaten Cirebon bisa menjadi Yogyakarta versi Jawa Barat, maka dibutuhkan penataan yang serius,” ucap Dedi, Selasa (22/4).
Namun faktanya, Cirebon masih punya banyak PR yang perlu diselesaikan dengan segera. Salah satu contohnya dapat dilihat dari kondisi Gedung Kesenian di kawasan Bima, Kota Cirebon, yang kondisinya sangat memprihatinkan karena sudah mengalami banyak kerusakan.
Pantauan Tim infoJabar di lokasi pada Rabu (23/4/2025), selain mengalami banyak kerusakan, hampir di setiap sudut gedung itu ditumbuhi oleh lumut, menjadikannya terlihat kumuh dan kurang layak.
Padahal, gedung ini kerap digunakan oleh anak-anak muda dan para pelajar untuk berlatih kesenian dan menggelar berbagai pertunjukan.
Dengan peran pentingnya dalam mendukung aktivitas seni dan budaya, sudah sepatutnya gedung kesenian ini mendapatkan perhatian dan perbaikan yang serius dari pemerintah.
Kondisi memprihatinkan yang terjadi di gedung kesenian ini sudah berlangsung cukup lama. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pun terlihat semakin memprihatinkan. Seperti plafon yang jebol hingga bagian cat yang sudah mulai mengelupas.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya mengatakan, gedung kesenian ini merupakan bangunan yang sudah berumur. Ia juga mengakui jika gedung tersebut sudah banyak mengalami kerusakan.
“Gedung (kesenian) Rarasantang itu memang bangunan yang sudah cukup lama dan sudah terjadi kerusakan di sana-sini. Mungkin memang kerusakannya berat,” ucap Agus Sukmanjaya.
Ia mengatakan bahwa anggaran pemeliharaan gedung kesenian ini belum mencukupi untuk memperbaiki setiap kerusakan-kerusakan yang terjadi. Sejauh ini, kata dia, pihaknya baru bisa melakukan perbaikan untuk fasilitas toilet.
“Di kami untuk pemeliharaan itu anggarannya kecil. Antara Rp 50 juta-R p70 juta. Yang baru bisa kita benahi itu ruang-ruang kamar mandi,” terang Agus.
Menurut Agus, untuk merenovasi gedung kesenian Cirebon membutuhkan biaya cukup besar. Agus mengatakan bahwa proses perbaikan rencananya akan mulai dilakukan pada tahun ini.
“Jadi memang untuk bisa merenovasi butuh anggaran yang cukup besar. Kami sudah memetakan, mungkin prioritas tahun ini apa saja yang bisa kita lakukan. Dan memang dibuka ruang oleh pak wali kota untuk diusulkan di perubahan anggaran tahun ini,” terang Agus.
“Mungkin misalnya untuk plafon, instalasi dan lain sebagainya, kemarin itu (diusulkan) Rp500 juta dulu. Setidaknya agar bisa termanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan masyarakat, untuk bisa berkreativitas di gedung kesenian,” sambung dia.
Sebelumnya, kata Agus, pihaknya telah mengusulkan bantuan anggaran ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk perbaikan gedung kesenian Rarasantang.
“Sebetulnya di tahun 2020 itu kami sudah membuat kajian dan DED (Detail Engineering Design). Dan sudah kami sampaikan juga usulan untuk bantuan keuangan dari provinsi. Namun sampai saat ini belum ada lampu kuning, apalagi lampu hijau. Tapi berbagai upaya tetap kita lakukan,” ucap Agus.
——
Artikel ini telah naik di