Guci Diterjang Banjir Bandang, Kolam Air Panas Hilang, Pipa Hanyut

Posted on

Kawasan wisata Guci, Tegal, Jawa Tengah mencekam pada Sabtu (20/11/2025). Hujan deras yang mengguyur kawasan lereng Gunung Slamet pada hari itu membuat aliran sungai meluap dan banjir bandang hingga sejumlah destinasi wisata air panas hilang.

Salah satu ikon wisata yang paling terdampak adalah Pancuran 13. Kolam air panas yang biasa dipadati pengunjung itu hilang tergerus banjir, meninggalkan hamparan bebatuan dan lumpur.

“Dampaknya Kolam Air Panas Pancuran 13 hilang atau tergerus banjir bandang, jembatan kecil di area Pancuran 13 rusak atau hilang, serta material lumpur, pasir, dan batu menutup sebagian area wisata,” ujar Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, dikutip dari infoJateng.

Banjir datang cepat. Pengelola setempat, Zami, menceritakan hujan mulai turun sejak sekitar pukul 11.30 WIB dan memuncak sore hari.

“Airnya besar, bawa pasir dan batu. Nggak nyangka pancuran bisa habis,” ujar dia.

Selain itu, Pancuran 5 rusak karena ada cabang pohon besar roboh, Kolam Barokah juga rusak karena terendam air keruh.

Plt Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Tegal, M Afifudin, menambahkan banjir juga menghanyutkan pipa-pipa air panas.

“Pipa itu merupakan jaringan penyuplai air untuk hotel, vila dan wahana air panas lain,” kata dia.

Meski kerusakan tergolong parah, kabar baiknya tidak ada korban jiwa. Pihak berwenang memastikan seluruh pengunjung selamat dan kawasan wisata ditutup sementara demi keselamatan. Afifudin menyebut banjir dipicu hujan berintensitas tinggi yang berlangsung cukup lama di hulu.

Usai air surut, suasana Guci berubah jadi lokasi kerja bakti besar. Tim gabungan BPBD, TNI-Polri, PMI, dan warga setempat membersihkan lumpur, memperbaiki jalur, serta memasang ulang pipa air panas yang hanyut.

“Perbaikan sudah jalan. Targetnya bisa segera normal lagi,” kata Afifudin.

Pemerintah daerah menyebut kawasan wisata Guci akan dibuka secara bertahap, menyesuaikan kondisi lapangan. Area yang tidak terdampak langsung mulai dipertimbangkan untuk dibuka, dengan pengawasan ketat demi keamanan pengunjung.

Kepala Disporapar Jateng, Masrofi, menegaskan keselamatan tetap jadi prioritas.

“Tidak (buka) seluruhnya. Menurut saya seperti itu, karena ada yang tidak terkendala dengan adanya bencana, itu bisa kalau dibuka. Kalau aman, sebagian bisa dibuka. Tapi kami tidak mau ambil risiko,” ujar dia.

Dia juga mengimbau agar wisatawan lebih waspada, terutama saat hujan turun di kawasan pegunungan. Informasi cuaca dan arahan petugas setempat jadi kunci sebelum berendam kembali di air panas Guci.

“Kalau cuacanya hujan terus-menerus, mau ke situ, lihat cuaca. Lihat kondisi cuaca bisa melalui BMKG juga,” dia menambahkan.