Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) memiliki luas mencapai 81.793 hektar dan menjadi rumah bagi flora dan fauna endemik di Indonesia. Namun, hingga saat ini, hanya tersisa seluas 12.561 hektare atau sekitar 15% kawasan hutan yang masih bisa difungsikan sebagai hutan alami.
Salah satu langkah yang dilakukan oleh tim percepatan pemulihan ekosistem Tesso Nilo adalah melakukan relokasi. Walau ada perlawanan dari masyarakat yang tidak setuju, TNTN akan terus melakukan sosialisasi.
“Tim percepatan pemulihan ekosistem Tesso Nilo memutuskan untuk, yang pertama mengambil langkah-langkah pengamanan agar kawasan Taman Nasional itu bisa dikembalikan fungsinya sebagai kawasan konservasi, sebagai rumah untuk satwa liar, rumah untuk makhluk hidup lain yang tidak tampak ya. Kemudian juga merehabilitasi, memulihkan hulu-hulu sungai yang rusak sehingga tidak terjadi banjir nanti di kemudian hari. Kemudian juga mensosialisasikan kepada masyarakat bagaimana masyarakat mau untuk direlokasi,” papar Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo Heru Sutmantoro, dihubungi infoTravel, Kamis (27/11/2025).
Heru mengatakan relokasi ini tak hanya demi kepentingan hutan dan satwa saja, namun juga keselamatan warga yang berada di lahan taman.
“Yang jelas masyarakat tinggal di kawasan taman nasional itu enggak aman ya dari segi keselamatan. Karena di dalam taman nasional kan ada gajah, harimau, beruang, ada satwa-satwa itu bisa mengancam keselamatan warga di sana, yang bisa menyebabkan kematian,” lanjutnya.
Sebagai perpanjangan tangan dari Kementerian Kehutanan, TNTN akan terus melakukan relokasi dan sosialisasi sebagai salah satu bagian program Kemenhut. Mereka juga mengimbau masyarakat untuk bijak dalam menerima informasi.
“Pak Menteri (Raja Juli Antoni) menyampaikan bagaimana kita memperkuat dari segi keamanan ya. Artinya memulihkan kembali masyarakat di sana bisa beraktivitas normal dan tidak ter-intervensi oleh isu-isu yang tidak benar. Jadi kita pemerintah itu win-win solusi dengan relokasi. Jadi harapan Pak Menteri juga semuanya harus berjalan dengan efektif dan masyarakat diminta untuk hati-hati menerima segala informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, gitu,” ujar Heru.
Untuk bisa melakukan relokasi dan rehabilitasi habitat TNTN, Heru berharap semua pihak bersatu dalam visi dan misi yang sama.
“Yang jelas kita harus satu misi dan visi ya. Semua stakeholder, semua instansi terkait harus punya komitmen yang kuat untuk bisa menyelamatkan alam dan lingkungan kita ini. Mulai pemerintah daerah, dari mulai tingkat bawah, desa, kecamatan, sampai provinsi, sampai nasional. Harus punya komitmen untuk memelihara dan menyelamatkan bumi kita. Inilah tantangannya karena biasanya komitmen dan konsisten itu sering luput,” tutupnya.






