Lotusa Batulicin menghadirkan pengalaman menginap yang berbeda bagi para tamu melalui kehadiran Gamelatron Shakya, instalasi seni bunyi ikonik berskala internasional karya Aaron Taylor Kuffner, seniman dan komposer asal Amerika Serikat. Instalasi ini hadir sebagai ikon hotel yang memadukan seni, spiritualitas, dan konsep hospitality modern di Kalimantan Selatan.
Mengenal Gamelatron Shakya, Instalasi Seni Bunyi KontemporerSumber : Lotusa
Gamelatron adalah sound-producing sculpture yang menggabungkan instrumen gamelan tradisional Indonesia dengan teknologi mekanik dan sistem komputasi modern. Alih-alih dimainkan secara manual, Gamelatron mampu menghasilkan komposisi musik secara otomatis melalui sistem yang telah diprogram sebelumnya.
Setiap dentingan yang terdengar merupakan komposisi orisinal karya Kuffner, yang disusun khusus untuk instalasi Gamelatron Shakya di Lotusa Batulicin. Gamelatron menjadi karya seni kontemporer yang berakar pada tradisi namun disajikan lewat teknologi modern.
Dari sisi musikalitas, Gamelatron Shakya menampilkan karakter bunyi yang unik. Sistem tuning tidak mengikuti laras gamelan Jawa atau Bali. Kuffner justru terinspirasi dari maqamat dalam tradisi musik Arab. Resonansi bunyi Gamelatron ini sejalan dengan karakter arsitektur Lotusa Batulicin. Misalnya, pola geometris dan lengkungan khas Maroko yang tampil secara repetitif dan meditatif.
Maka, lantunan harmoni bunyinya terasa berbeda. Bukan hanya sekadar narasi, tetapi juga menjadi arsitektur bunyi yang mengolah suasana sehingga menenangkan dan bersifat meditatif.
Makna Filosofis dan Spiritualitas di Balik Gamelatron Shakya
Gamelatron Shakya menyimpan makna filosofis dan spiritualitas yang sarat nilai lintas budaya. Nama Shakya merujuk pada Shakyamuni Buddha, yakni Siddharta Gautama setelah mencapai pencerahan. Sementara itu, tampilan visual instalasi ini merepresentasikan sosok Buddha yang tengah bermeditasi di atas bunga lotus sebagai simbol kesucian dan kesadaran.
Delapan gong kecil di bagian dasar instalasi melambangkan delapan kelopak bunga lotus, yang merefleksikan nilai Jalan Mulia Berunsur Delapan. Elemen air yang mengelilingi turut memperkuat suasana tenang dan reflektif.
Alunan Gamelatron Shakya diprogram untuk terdengar lima kali dalam sehari, menciptakan ritme waktu sebagai pengingat alamiah bagi siapa saja yang berada di lobi. Pola ini menawarkan pengalaman mendengar secara berkala, mirip bagaimana suara-suara pendamping kehidupan (seperti lonceng jam atau sinyal waktu) menandai fase-fase hari.
Semua inspirasi tersebut diolah Kuffner secara kreatif hingga melahirkan sebuah instalasi seni Gamelatron Shakya. Kuffner yang telah mendalami seni karawitan Indonesia selama dua dekade menyampaikan bahwa karya tersebut merupakan hasil peleburan budaya Indonesia masa kini dan masa mendatang.
“Bagi saya, semua fakta itu mengisahkan peleburan budaya Indonesia masa kini, dan juga pada masa mendatang,” tutur Kuffner, dalam keterangan tertulis, Senin (29/12/2025).
Gamelatron Shakya sebagai Ikon Baru Lotusa Batulicin
Gamelatron Shakya merupakan site-specific installation. Sang seniman merancang khusus instalasi ini untuk Lotusa Batulicin dan tidak akan direplikasi di lokasi lain.
Saat ini Gamelatron Shakya menjadi satu-satunya instalasi sejenis yang dapat disaksikan langsung oleh publik. Instalasi serupa di Indonesia biasanya berada di ruang privat atau hanya ditampilkan pada eksibisi dalam periode terbatas.
Lotusa Batulicin pun dengan bangga menjadikan Gamelatron Shakya sebagai ikon utama yang membentuk karakter dan identitas hotel. Di Lotusa, seni menjadi bagian penting dari perjalanan menginap para tamu.
Selain menikmati kenyamanan akomodasi, tamu juga akan merasakan pengalaman budaya yang bernilai tinggi. Alunan musiknya mendorong tamu untuk mengambil jeda sejenak dan mendengarkan komposisi gubahan Kuffner di tengah kesibukan perjalanan bisnis maupun liburan di Batulicin.
Kolaborasi Pemilik dan Operator Hotel Menghadirkan Hospitality Berkelas
Lotusa Batulicin menjadi hotel berbintang berstandar internasional pertama dan satu-satunya di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Konsep arsitektur yang terinspirasi dari perpaduan gaya Maroko dan tradisi Nusantara, mengukuhkan Lotusa Hotel sebagai landmark kota.
Swiss-Belhotel International sebagai operator Lotusa Hotel pun siap menyediakan hospitality berkelas yang selaras dengan karakter destinasi setempat. Apalagi, saat ini permintaan akomodasi premium di Batulicin dari segmen bisnis, pemerintahan, dan MICE tengah meningkat.
Maka, kolaborasi pemilik hotel dan Swiss-Belhotel International menciptakan pendekatan seimbang yang hadir melalui layanan global serta identitas lokal. Keberadaan Gamelatron Shakya adalah wujud nyata sinergi tersebut.
General Manager Lotusa Batulicin by Swiss-Belhotel International, Firman Sandangi, menjelaskan inisiatif ini bertujuan untuk berfokus pada nilai pengalaman, relevansi budaya, dan positioning jangka panjang.
“Inisiatif ini mencerminkan filosofi hospitality yang berfokus pada nilai pengalaman, relevansi budaya, dan positioning jangka panjang. Perpaduan musik tradisional Indonesia dan teknologi modern mampu menghadirkan pengalaman menginap yang berbeda bagi para tamu,” tutur Firman.
dan Swiss-Belhotel International menegaskan bagaimana hotel dapat mengisi berbagai dimensi pengalaman yang dibutuhkan para tamu. Di sinilah Gamelatron tampil sebagai ikon hotel yang merayakan warisan budaya Indonesia sekaligus simbol harmoni antara tradisi, spiritualitas, dan hospitality berkelas.







