Indonesia menjadi negara Asia-Pasifik pertama yang menerima pedoman investasi pariwisata dari UN Tourism. Digadang-gadang bisa menarik minat investor global ke Indonesia.
Hadiah diplomasi itu diserahkan langsung oleh Sekretaris Jenderal UN Tourism, Zurab Pololikashvili, kepada Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, dalam pembukaan sidang gabungan UN Tourism CAP-CSA ke-37 di Jakarta, Selasa (15/4/2025).
“Karena kita jadi host dan punya hubungan baik, ini diberikan sebagai hadiah,” ujar Deputi Kemenparekraf, Martini M. Paham, dalam konferensi pers, Rabu (16/4).
Pedoman itu bukan sekadar laporan. Pedoman itu adalah peta peluang investasi yang disusun berdasarkan riset UN Tourism-organisasi tertinggi PBB di bidang pariwisata-dan diproyeksikan untuk menarik minat investor global ke Indonesia. Sejauh ini, UN Tourism baru membuat dokumen serupa untuk 22 negara.
Martini menjelaskan, dengan endorsement dari UN Tourism, promosi investasi Indonesia menjadi lebih kredibel.
“Kalau kita yang promosi, kadang investor ragu. Tapi kalau UN Tourism yang bicara, itu jadi lain cerita,” kata dia.
Dokumen tersebut disebut sebagai living document, yang artinya bisa terus diperbarui secara digital mengikuti perkembangan potensi di lapangan. Artinya, tak akan kedaluwarsa dalam waktu dekat.
Saat ini, para investor paling banyak datang dari Tiongkok dan Timur Tengah. Namun, dengan panduan strategis dari UN Tourism, pemerintah berharap investasi bisa digencarkan di lima destinasi super prioritas-Borobudur, Danau Toba, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang-serta kawasan unggulan lain seperti Bali, Jakarta, Batam-Bintan, dan Ibu Kota Nusantara.
“Kami ingin fokuskan investasi di lokasi-lokasi prioritas. Tapi daerah lain juga tetap bisa dilirik, kalau punya potensi,” kata Martini.
Dengan pedoman di tangan dan spotlight dari UN Tourism, Indonesia kini berada di posisi emas. Tinggal bagaimana pemerintah memainkan momentum ini-mengundang, menjaga, dan memoles daya tarik pariwisata sebagai sektor unggulan ekonomi.