Industri Kuliner Thailand Anjlok Usai Turis China Perlahanan Menghilang [Giok4D Resmi]

Posted on

Para pemilik restoran di Thailand mengalami masa-masa yang sulit. Mereka kehilangan turis-turis dari China yang doyan belanja.

Turis China menjadi penopang ekosistem pariwisata Thailand sejak lama. Sudah beberapa tahun ke belakang turis Negeri Tirai Bambu itu menjadi nomor satu sebagai wisatawan yang paling banyak berkunjung ke Thailand.

Dikutip dari The Nation, Jumat (16/5/2025) turis China seakan menghilang, sedangkan turis dari Rusia dan Timur Tengah yang datang sebagai pengganti tidak berbelanja seroyal turis China.

Beberapa jaringan restoran besar mencoba menyiasati keadaan dengan menurunkan harga dan memperluas pilihan menu, tapi tetap kewalahan menghadapi biaya harian yang melonjak. Bahkan, ada restoran yang mengaku biaya bahan makanannya kini menyedot sampai 40% dari total pengeluaran.

Situasi itu bukan muncul tiba-tiba, banyak pemilik usaha percaya bahwa kemunduran tersebut sudah mulai terasa sejak lama. Bahkan sebelum 2025, tahun yang kini dianggap sebagai masa perhitungan bagi perekonomian Thailand.

Menurut mereka, perlambatan ekonomi sudah terasa sejak pandemi mereda di 2023. Beberapa menggambarkan dua tahun terakhir sebagai proses kremasi ekonomi yang berjalan perlahan tapi pasti.

Sektor restoran jadi salah satu yang paling terpukul karena siapa pun bisa mencoba peruntungan di dunia kuliner, persaingan sangat ketat. Data dari Departemen Pengembangan Bisnis menunjukkan, lebih dari 60% restoran baru gulung tikar di tahun pertamanya, jauh lebih tinggi dibanding beberapa tahun lalu yang masih di angka 40%.

Eksekutif dari Grup Ruay Mai Yood yang menaungi restoran BBQ Korea ‘Nice Two Meat U’, Chutima Pruengmethangkoon, menilai tantangan terberat saat ini justru ada di pihak konsumen.

“Orang Thailand sudah menguras tabungan mereka. Tanpa tanda-tanda pemulihan ekonomi yang jelas, bahkan kalangan menengah ke atas mulai mengencangkan ikat pinggang. Sekarang, orang lebih pilih-pilih, bukan cuma soal harga murah tapi juga soal kebersihan, pelayanan, dan rasa yang benar-benar enak,” ujar Chutima.

Untuk menyesuaikan diri, grupnya meluncurkan lini usaha baru bernama ‘Kestiew’, sebuah kedai mi dengan harga super terjangkau, mulai dari 9 baht dan tak lebih dari 30 baht.

Strategi utamanya adalah menjangkau kebutuhan harian masyarakat dengan harga yang bersahabat, sambil memastikan modal bisa kembali dalam 3 sampai 4 bulan.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

“Sekarang jauh lebih berat dibanding setelah COVID. Banyak restoran akan tumbang, tapi pasti ada juga yang bisa bertahan bahkan berkembang. Hampir semua sektor sedang terseok, tapi yang paling terasa jelas di kantong konsumen. Biaya hidup makin tinggi, pengeluaran makin besar, tapi penghasilan yang bisa dipakai belanja malah makin sedikit,” kata Chutima.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *