Jepang Singgung Taiwan, Wisata China Bisa Putar Arah ke Indonesia

Posted on

Hubungan China dengan Jepang memanas setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan pada 7 November bahwa Jepang bisa mengerahkan militer jika terjadi konflik di Selat Taiwan. Pemerintah China memprotes pernyataan itu. Kalimat tersebut dinilai Jepang ikut campur dalam urusan internal China.

Imbas dari masalah ini, pemerintah China sampai mengeluarkan himbauan untuk warganya tak berkunjung ke Jepang dengan alasan keamanan. Semenjak itu ratusan ribu tiket pesawat ke Jepang dibatalkan, travel agen hentikan penjualan tur ke Jepang hingga banyak pembatalan akomodasi.

Melihat situasi ini, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) Rusmiati, mengatakan ini peluang untuk pariwisata masuk ke China. Sebelumnya, Asita juga banyak bekerjasama dengan agen perjalanan China.

“Jadi, tentunya ada sesuatu di negara lain kita mengambil opportunity. Makanya Indonesia juga jangan sampai mendapat teguran-teguran atau larangan dari negara lain. Karena ya sama, kalau Indonesia yang dapat misalnya ada kerusuhan, ada pembakaran, ada itu pasti yang mendapatkan opportunity yang lain,” kata Rusmiati, Kamis (20/11/2025).

Terkait promosi dan potensi kunjungan turis China selalu menjadi pembahasan di Asita. Secara angka kunjungan turis China ke Indonesia salah satu yang paling tinggi dibandingkan turis negara lain.

“Selalu ada pembicaraan. Setiap ada permasalahan, ada opportunity dan lain-lain pasti kita harus diskusi dari semua segi baik Asita, kemudian airline maupun pemerintah. Jadi tentunya kita kerja sama dengan agen-agen travel China untuk mencari kesempatan,” tambahnya.

Terpisah, dihubungi infoTravel, Deputi Pemasaran Kementerian Pariwisata Ni Made Ayu Marthini juga memantau suasana wisata terkait hubungan diplomatik China dengan Jepang. Sebelum adanya konflik ini, pariwisata Indonesia telah melakukan promosi dan kampanye di China.

“Kami memang memantau terus ya dan memang kita fokus untuk menarik wisatawan Tiongkok ini. Nah, untuk menyambut Natal dan Tahun Baru kita sejak Oktober sudah kampanye di Tiongkok, boosting melalui kampanye digital ya biar orang China tuh liburan Nataru dan menjelang Tahun Baru yang juga dekat-dekatan dengan Chinese New Year itu. Jadi kita sudah bikin iklan,” papar Ni Made.

Made menambahkan, dengan kondisi diplomatik antara Jepang dan China, yang membuat turis China membatalkan kunjungan ke Jepang bisa mempertimbangkan liburan ke Indonesia. Dia berharap iklan dan kampanye yang dilakukan Kemenpar membuahkan hasil yang positif.