Thailand dan Kamboja akhirnya menandatangani gencatan senjata baru setelah berminggu-minggu bentrokan mematikan di perbatasan yang disengketakan.
Kesepakatan tersebut diharapkan meredam eskalasi konflik yang menjadi yang terburuk antara kedua negara dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Mengutip Reuters, Selasa (30/12/2025), perjanjian yang mulai berlaku sejak Sabtu lalu itu mencakup penghentian semua pergerakan militer tambahan serta larangan pelanggaran wilayah udara untuk kepentingan militer.
Meski konflik mereda, dampaknya masih terasa, terutama bagi warga yang terdampak evakuasi dan sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi kedua negara.
Bentrokan yang pecah bertepatan dengan musim liburan akhir tahun membuat banyak wisatawan menunda atau membatalkan perjalanan, khususnya ke wilayah dekat perbatasan. Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara menurun sekitar 7-11% pada Desember 2025 dibanding proyeksi awal.
Dampak paling nyata terlihat di provinsi perbatasan seperti Trat. Tingkat pembatalan kamar hotel di wilayah ini mencapai lebih dari 40%. Pulau-pulau wisata di sekitarnya, termasuk Ko Chang, juga mencatat pembatalan reservasi sekitar 35-40%.
Kondisi serupa terjadi di Kamboja. Di Siem Reap, pintu gerbang menuju kompleks candi Angkor Wat, kunjungan wisatawan menurun drastis. Pedagang, sopir tuk-tuk, dan pelaku usaha wisata setempat mengaku penghasilan mereka turun signifikan, bahkan ada yang merosot hingga puluhan persen.
Penurunan minat wisatawan juga terlihat dari penjualan tiket masuk ke kawasan Angkor yang turun sekitar 17% dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal itu menunjukkan masih adanya kekhawatiran wisatawan terhadap situasi keamanan di perbatasan, meski lokasi wisata utama relatif jauh dari titik konflik.






