Keluarga-Teman Hancur Akibat Pembantaian Turis di “Swissnya” India

Posted on

Sebanyak 26 turis tewas ditembak secara brutal di kawasan wisata di Kashmir yang dikelola India. Keinginan sejumlah wisatawan untuk menikmati masa pensiun dan menghibur istri yang lumpuh berakhir kematian.

Mengutip CNN, Minggu (27/4/2025), salah satu korban baru saja kembali ke rumah setelah puluhan tahun bekerja di luar negeri. Sedianya ia akan menikmati masa pensiun yang diisi dengan perjalanan dan waktu bersama keluarga.

Korban lainnya berharap perjalanan ke keindahan Kashmir yang dikelola India akan menghibur semangat istrinya yang lumpuh.

Kedua pria itu termasuk di antara 26 turis yang ditembak mati oleh para militan minggu ini. Mereka menjadi korban dalam sebuah pembantaian yang telah mengoyak luka lama antara India dan negara tetangganya, Pakistan.

Tragedi ini membawa mereka selangkah lebih dekat menuju eskalasi militer. Kedua negara mengklaim Kashmir secara keseluruhan, namun masing-masing hanya menguasai sebagian.

Mereka telah berperang sebanyak tiga kali di wilayah ini sejak kemerdekaan mereka dari Inggris pada tahun 1947. Wilayah itu terkenal dengan pegunungan yang dramatis dan padang rumputnya yang subur.

Pemberontakan berdarah selama beberapa dekade di wilayah India telah menewaskan puluhan ribu orang, yang dilancarkan oleh kelompok-kelompok militan yang menuntut kemerdekaan atau penggabungan dengan Pakistan.

India mengatakan bahwa kelompok-kelompok tersebut didukung oleh Pakistan, yang dibantah oleh Islamabad.

Serangan hari Selasa, saat beberapa orang dipilih dan ditembak mati dari jarak dekat menurut kesaksian para penyintas merupakan yang terbaru dalam daftar insiden berdarah yang menodai wilayah tersebut.

Balachandran Menonparambil merasa seolah-olah dia telah kehilangan tangan kanannya Ramachandran Narayanamenon terbunuh dalam serangan tersebut. Mereka sudah berteman selama enam dekade.

“Setelah menghabiskan puluhan tahun bekerja di Qatar, Narayanamenon menantikan kehidupan masa pensiunnya,” menurut temannya, yang menggambarkannya sebagai pria yang bahagia, peduli dan dapat diandalkan.

“Dia sedang dalam perjalanan dengan istrinya Shiela, putrinya Aarti, dan dua cucu. Ia sangat menantikan untuk bersenang-senang dengan cucu-cucunya,” ujar pria berusia 70 tahun ini.

Ia mengingat betapa bersemangatnya Narayanamenon, 69 tahun, terdengar dalam panggilan terakhir mereka sebelum ia melakukan penerbangan ke Kashmir pada hari Senin.

Sehari kemudian, Menonparambil diberitahu bahwa temannya telah meninggal.

“Saya sedang menonton TV dan mereka mulai menayangkan apa yang terjadi di Kashmir. Jadi saya meneleponnya, tetapi dia tidak mengangkatnya,” katanya.