Keraton Sumenep, Satu-satunya Jejak Monarki di Jawa Timur

Posted on

Keraton ternyata pernah berjaya dan berdiri megah di Pulau Madura, Jawa Timur. Keraton Sumenep, dengan arsitektur yang indah dan cerita sejarah yang panjang, menjadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi.

Keraton Sumenep atau dikenal juga dengan Keraton Songenep dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para bupati atau adipati yang berkuasa pada masanya. Arsitekturnya begitu menarik dengan memadukan seni dari China, Arab, Eropa, dan Indonesia.

Saat ini, Keraton Sumenep menjadi satu-satunya keraton yang masih berdiri di Jawa Timur. Keraton dibangun tahun 1762 pada masa pemerintahan Ratu Tirtonegoro dan baru diselesaikan pada tahun 1780.

Selama berdiri, Keraton Sumenep telah dipimpin oleh 51 adipati atau yang sekarang disebut bupati. Melansir situs Repositori Kemendikbud, konon bangunan Keraton Sumenep pertama kali didirikan oleh Ratu Tirtonegoro dan suaminya Bindara Saod.

Ratu Tirtonegoro memerintah Keraton Sumenep selama 12 tahun sejak 1750-1762. Pada masa pemerintahannya terjadi perpecahan di Sumenep. Perpecahan tersebut melahirkan dua golongan, yaitu golongan yang setia kepada Ratu Tirtonegoro dan Bindara Saod dan golongan lain adalah golongan yang tidak mau mengikuti Ratu Tirtonegoro, sehingga memutuskan untuk meninggalkan Sumenep.

Setelah Ratu Tirtonegoro meninggal, tahta keraton diturunkan kepada putranya yang bernama Asiruddin atau yang dikenal dengan Raden Tumenggung Natakusuma I atau Panembahan Sumolo. Pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo-lah Keraton Sumenep mulai dibangun.

Melansir situs Repositori Kemendikbud, bangunan Keraton Sumenep memiliki luas 2.783,79 hektare di Kota Sumenep, Pulau Madura. Konsep bangunan pada Keraton Sumenep dirancang oleh seorang arsitek China bernama Lauw Piango. Bangunannya memadukan unsur seni yang beragam seperti, Tiongkok, Eropa, Arab, dan Jawa.

Keraton Sumenep menggunakan konsep Islami Habluminallah wa habluminanas, yang berarti hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia. Pada bangunan utama keraton, terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

Pendopo agung merupakan tempat utama kerjaan yang mempertemukan raja dengan rakyatnya. Tempat ini ditopang oleh 10 tiang utama atau yang disebut dengan Soko Guru. Ruangannya tampak seperti ruangan luas yang dihiasi oleh kursi-kursi.

Berada di bagian belakang Pendopo Agung, merupakan tempat terbuka yang memanjang dari utara ke selatan yang menghubungkan pendopo agung dan bagian inti keraton.

Dalem merupakan bagian inti keraton yang terdiri dari tiga lantai. terdiri dari teras depan, kamar besar di kanan dan kiri, ruang tengah, kamar tidur, dan teras belakang. Atapnya berbentuk kerucut yang semakin atas semakin mirip cerobong asap. Kusen pada bangunan ini dihiasi oleh ukiran berbentuk sulur-sulur gaya khas kerajaan Majapahit.

Tempat ini disebut juga kamar semedi yang biasanya digunakan para raja untuk bertapa. Bangunan ini didesain menghadap ke arah selatan.

Gedung koneng memiliki bentuk khas bangunan Belanda, tampak pada ukiran yang dihiasi dengan motif khas Belanda pada ukiran dinding, pintu, dan jendelanya.

Bangunan dua lantai ini memiliki beberapa ruang dan dihiasi dengan jendela-jendela yang kusennya diukir.

Taman Sare merupakan sebutan untuk kolam pemandian bagi raja-raja beserta anggota keluarga. Di sekitar kolam ditumbuhi tanaman dan pepohonan yang memberikan kesan asri dan sejuk. Konon, bagi siapa yang membasuh wajah di kolam tersebut dapat memberikan khasiat awet muda dan cepat mendapat jodoh.

Labak Mesem memiliki arti “pintu senyum,” konon, siapa yang keluar dari pintu tersebut akan membawa ketentraman dan kedamaian.

Tembok merupakan pagar yang mengelilingi kawasan keraton yang memiliki tinggi mencapai 4 meter.

Selain bangunan utama, Keraton Sumenep juga memiliki bangunan terpisah yang berada di bagian luar bangunan utama. Bangunan luar tersebut antara lain, langgar, bangunan Masjid Laju, Masjid Jamik, Tangse, Bale Rata, Taman Lake, Pangkeng Malang, alun-alun, dan beberapa rumah yang diperuntukkan kepada pangeran, letnan, dan asta tinggi.

Keraton Sumenep berada di Jl. Dr. Sutomo, Kota Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur. Keraton ini berbatasan dengan Kecamatan Manding di sebelah utara, Kecamatan Kalianget dan Kecamatan Gapura di bagian timur, serta Kecamatan Batuan di barat dan selatan.

Masa pemerintahan Keraton Sumenep sudah lama usai. Saat ini Keraton Sumenep dikelola oleh pemerintahan setempat sebagai cagar budaya yang bisa dikunjungi. Di dalam area keraton terdapat museum yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan Keraton Sumenep. Setiap ruang masih dipertahankan keasliannya untuk menjaga kelestariannya.

Bagi yang tertarik berkunjung ke Keraton Sumenep, wisatawan bisa menempuh jalur darat atau laut. Jalur darat dengan menyeberangi Jembatan Suramadu dari Surabaya menuju Madura, sedangkan jalur laut ditempuh dengan kapal feri dari Pelabuhan Kamal ke Pelabuhan Bangkalan.

Setelah itu, dari Bangkalan melanjutkan perjalanan sejauh 56 km ke Sampang. Setelah melewati Sampang, wisatawan lanjut menuju Pamekasan sejauh 31 km. Kemudian, wisatawan harus menempuh 64 km hingga sampai ke Sumenep.

Sejarah Keraton Sumenep

Gaya Bangunan Keraton

1. Pendopo Agung

2. Mandiyoso

3. Dalem

4. Panyeppen

5. Gedung Koneng

6. Gedung Loteng

7. Taman Sare

8. Labak Mesem

9. Tembok

Keraton Sumenep Sekarang