Rusaknya alam di Sumatera membuat bencana ekologis terjadi, parahnya bukan hanya mengancam infrastruktur dan manusianya saja. Tetapi, juga populasi satwa di sana.
Deforestasi yang terjadi tak bisa dipungkiri sebagai biang keladi bencana besar yang terjadi. Sehingga kala cuaca ekstrem melanda, alam tak bisa lagi menahan beban tersebut.
Imbasnya merusak pada semua aspek, termasuk satwa di sana seperti Gajah Sumatera. Berubahnya hutan menjadi perkebunan sawit itu salah satu pemantiknya.
Maka dari itu pengalihfungsian lahan menjadi perkebunan sawit hingga pertambangan janganlah menjadi anak emas dan mengesampingkan ekosistem semestinya. Founder Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU), Bambang Suprayogi, menyebut jangan lagi melanggengkan semua cara untuk mengubah hutan jika tak ingin terjadi situasi pelik seperti saat ini.
“Nomor satu jangan buka izin lagi untuk pengembangan sawit. Terus jangan ada lagi untuk pengembangan tambang,” tegasnya saat berbicara kepada infoTravel di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Kamis (4/12/2025).
Ia berujar kini diperkirakan hanya sekitar 1.200 gajah yang berada di seluruh wilayah Sumatera. Berbeda dengan 20 tahun yang lalu yang ia katakan sebanyak hampir 2.700 gajah.
“Saya perkirakan aja populasi seluruh Sumatera itu sekitar 1.200. Tahun 2001-2002 itu kami sama teman-teman WWF, WCS itu kan sama-sama ngumpulin data karena untuk kepentingan nasional dulu, itu masih sekitar 2.500 hingga 2.700,” kata Bambang.
“Sekarang itu tidak lebih 1.200 sudah, itu pun masih terkonsentrasi hanya di Leuser, terus di Jambi itu Taman Nasional Kerinci Seblat. Tapi kalau yang tersebar di Batang Toru segala macen itu sudah terpencar paling banyak tuh delapan gitu lah, enam, atau dua, satu. Kasihan sudah,” ujar dia.
Dengan situasi terkini semakin menegaskan bahwa ekosistem habitat yang alami begitu mempengaruhi kehidupan satwa saat ini. Bambang menegaskan sulit rasanya satwa-satwa untuk hidup dengan habitat yang sudah rusak.
“Kalau untuk tinggal survive di hutan sudah nggak mampu karena ekosistemnya sudah rusak,” kata Bambang.
