Video Presiden Prancis Emmanuel Macron menyentuh stupa di puncak Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah menjadi perbincangan. Kini, mitos Kunto Bimo menjadi perhatian.
Aksi itu terekam dalam video di akun Instagram Macron saat melakukan kunjungan di Indonesia, termasuk di Candi Borobudur. Ada satu adegan saat Macron merogoh patung Buddha dalam stupa saat di Candi Borobudur.
“Terima kasih banyak! Sampai jumpa pada 14 Juli,” tulis akun Instagram @emmanuelmacron.
Saat berada di puncak Candi Borobudur itu, Macron bertemu dengan 105 biksu, bhante, suhu, rinpoche, dan sebagainya. Salah satunya yang ikut bertemu yakni Bhante Dhammavuddho Thera.
Saat dimintai konfirmasi, Bhante Dhammavuddho mengaku tidak mengetahui saat Macron merogoh patung Buddha. Pasalnya pada saat itu, para bhante tengah melakukan pradaksina atau mengelilingi puncak Candi Borobudur searah jarum jam.
“Ah itu, kami nggak lihat. Yang itu karena waktu itu kami sedang pradaksina. Jadi kami, hanya lihat di foto. Itu kan kita lagi pradaksina, kemudian beliau merogoh ya, itu kita nggak lihat,” kata Dhammavuddho saat dihubungi infojateng, Jumat (30/5/2025).
“Kalau kita lihat kan, kita bisa kasih tahu. Cuma karena waktu itu, kami lagi pradaksina lagi jalan. Mungkin inisiatif beliau atau mungkin tahu dari pemberitaan-pemberitaan di zaman dulu kalau ke Borobudur mesti merogoh. Itu kan mitos-mitos dulu kalau merogoh bisa balik Borobudur lagi,” dia menambahkan.
Dia menegaskan merogoh patung Buddha di Candi Borobudur tidak diperbolehkan lagi karena dianggap sebagai tindakan yang kurang bagus.
“Tapi, kalau misalnya beliau inisiatif, kita juga nggak bisa larang ya kan namanya beliau pemimpin negara. Bagaimana kita mau larang, jadi ya sudah lah nggak papa, kita maklumi aja. Cuman kalau misalnya pengunjung yang lain kan biasa di dampingi sama tim arkeolog, biasa ada tim dari kebudayaan. Kalau kemarin kan hanya Paspampres sama Protokoler, jadi memang beda gitu,” ujar Dhammavudddho yang juga menjabat sebagai ketua umum DPP Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI) dan ketua Perkumpulan Sangha Theravada Dhammayut Indonesia (STDI) yang menaungi 52 vihara se-Indonesia itu.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Kita biasanya kalau acara Waisak atau apa (ada pendamping dari kebudayaan), jadi kita sudah dikasih pemahaman. Kalau ini karena mungkin tamu kenegaraan, jadi mereka nggak ikut. Memang mungkin yang ngatur dari protokol istana yang ngatur mungkin. Jadi mungkin yang detail-detail gitu mereka nggak ngerti, jadi ya sudah. Jadi kita maklumi aja nggak usah dibesar-besarin itu,” ujar dia.
Bhante Dhammavuddho menambahkan saat berada di puncak Candi Borobudur para bhante mendoakan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Prabowo Subianto.
“Saat itu, ketika kita sedang melakukan upacara spiritual, beliau-beliau juga datang menghampiri kita. Kemudian dari kami para bhante inisiatif untuk mendoakan kedua presiden. Semoga dengan hal-hal yang baik, senantiasa berkembang, dengan kedamaian, keharmonisan. Kemudian bisa membawa berkah buat negara mereka dan juga buat masyarakatnya,” kata dia.
Sorotan juga diberikan oleh Asosiasi Young Buddhist Association (YBA) of Indonesia. Mereka mengunggah video itu di akun Instagram dan memberikan keterangan dalam unggahan tersebut.
“Bukan salah Presiden Macron, ibu negara Prancis Brigitte Macron, dan Letkol Teddy. Mungkin dari mereka tidak tahu bahwa melakukan mitos Kunto Bimo sudah tidak diperbolehkan lagi di Candi Borobudur,” tulis keterangan dalam unggahan itu.
“Kami sangat respect dengan teman-teman Konservasi Borobudur khususnya Dr Hari Setyawan yang memberikan edukasi video bahwa mitos memegang jari Rupang Buddha di dalam stupa akan membawa harapan terkabul atau yang dikenal oleh masyarakat sekitar adalah Mitos Kunto Bimo itu hanyalah memiliki dampak buruk terhadap pelestarian Candi Borobudur,” keterangan ditambahkan.