Usai viral, Kuil Murugan berencana membuka diri sebagai salah satu tempat wisata toleransi di Jakarta. Biar saling menghormati, ini guidelines-nya.
Corak warna-warni menara kuil membuat Murugan seakan berada di luar Indonesia. Kental dengan seni budaya India, rumah ibadah umat hindu ini membuat banyak orang terpesona dan tertarik untuk datang.
Semenjak viral di media sosial, Kuil Murugan kedatangan banyak pengunjung. Pengelola senang, rumah ibadah itu mendapat perhatian publik.
Namun, membludaknya pengunjung membuat jemaat terganggu karena bagaimana pun Murugan adalah rumah ibadah. Untuk itu, kuil tersebut tutup sementara untuk memproses sistem yang nantinya harus ditaati oleh pengunjung.
Sebagai bocoran, berikut sejumlah do’s and don’ts yang harus ditaati oleh pengunjung saat berkunjung ke Kuil Murugan.
Kuil Mugan adalah tempat ibadah umat Hindu. Mirip dengan umat Muslim, rumah ibadah ini memiliki batas suci. Wanita yang sedang haid/menstruasi dilarang masuk, demi menjaga kesucian rumah ibadah.
Bangunan kuil memiliki 3 lantai. Lantai pertama adalah ruang serbaguna yang sedang dalam pembangunan, kuil di lantai dua, dan menara di lantai rooftop.
Di rooftop inilah wisatawan boleh masuk. Ada lima menara berwarna-warni dengan satu menara utama setinggi 47 meter. Di area ini, pengunjung boleh foto-foto asal tidak berlarian, karena menghormati kawasan tersebut sebagai bagian dari rumah ibadah.
Selanjutnya adalah konten joget-joget. Saat viral kemarin, banyak wisatawan yang membuat konten tiktok di area rooftop. Hal ini tentu berlawanan dengan fungsi rumah ibadah, meski berbeda lantai namun bangunan itu satu kesatuan dari kuil.
Lagi, patung-patung di menara adalah bentuk penghormatan umat Hindu kepada dewa. Berjoget di depan patung itu dinilai tidak etis dan melanggar kesopanan.
Menara warna-warni bukan cuma sekadar bangunan indah pelengkap kuil, tapi menjadi ‘mahkota’ dari dewa-dewa yang berada di lantai 2. Menara atau kobrum masih menjadi bagian suci kuil.
Saat viral, banyak wisatawan yang datang dengan membawa tas. Mereka kemudian meletakkan barang-barangnya di menara lalu berfoto. Ini tentu salah dan melanggar kesucian rumah ibadah.
Selain meletakkan barang, wisatawan juga dilarang untuk memanjat atau menyandarkan kaki ke menara. Sekali lagi, kobrum adalah bagian kuil yang suci.
Jemaat Kuil Murugan adalah penganut vegan, mereka tidak makan produk hewani. Untuk itu, tidak mengkonsumsi daging atau makanan bernyawa saat hendak berkunjung atau berada di lokasi adalah suatu kewajiban.
Kuil Murugan memiliki 5 arca yang berada di lantai 2. Tiap arca memiliki patung dewa tempat jemaat berdoa. Untuk menghormati hal itu, wisatawan dilarang untuk memposting foto-foto patung dewa. Kagumi dan hormati, tanpa perlu mempostingnya di media sosial.
Sebagai tempat wisata toleransi, Kuil Murugan tidak memiliki tarif atau tiket masuk. Pengunjung hanya diminta untuk memberikan donasi atau sumbangan seikhlasnya. Dana tersebut akan digunakan untuk keperluan rumah ibadah seperti kebersihan dan keamanan.
Layaknya rumah ibadah lain, pengunjung diminta untuk memakai baju yang sopan. Gunakan baju tertutup dan celana atau bawahan panjang. Usahakan tidak memakai celana jins. Jika memakainya, jangan kaget bila diminta untuk memakai kain penutup oleh pengurus kuil. Membawa kain penutup sendiri juga diperbolehkan.
Saat berada di lingkungan kuil, berbicaralah dengan sopan. Wisatawan yang berteriak atau menggunakan kata-kata kotor akan membuat jemaat terganggu, karena rumah ibadah ini memiliki 2 sesi ibadah dari pagi hingga malam.