Sulawesi Utara memiliki destinasi wisata religi dan sejarah yaitu makam Tuanku Imam Bonjol. Makam ini terletak di Desa Lotta, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa.
Makam ini berjarak sekitar 15 km dari Manado. Untuk menuju lokasi ini dapat ditempuh 30 hingga 45 menit perjalanan dari Kota Manado. Bangunan makam bergaya arsitektur Minang.
Makam Tuanku Imam Bonjol berada di tepi Sungai Bahu. Tuanku Imam Bonjol dimakamkan di tanah yang permukaannya lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Tuanku Imam Bonjol meninggal pada usia 83 tahun, pada 6 November 1854, hal ini berdasarkan arsip Surat Keputusan Residen Manado yang dikukuhkan oleh Raad van Indie.
Sejarah mencatat bahwa pada 1833 hingga 1837, terjadi Perang Padri di Sumatra Barat. Tuanku Imam Bonjol ditangkap dengan siasat berunding oleh Residen Francais di Palupuh, Agam pada 25 Oktober 1837. Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur, kemudian dipindahkan ke Ambon pada 1839.
Setelah dua tahun di Ambon, oleh residen Ambon, Tuanku Imam Bonjol dipindahkan ke Manado. Pada awalnya di daerah Koka, Karesidenan Manado selanjutnya ke Lotta, Minahasa.
Tuanku Imam Bonjol diasingkan bersama seorang anaknya yaitu Sutan Saidi, keponakannya Abdul Wahab, pengawal setianya Bagindo Tan Labiah serta Si gelek atau Galito, bekas pasukan Sentot Ali Basya (panglima perang Pangeran Diponegoro).
Pada akhir 1850, Apolos Minggu seorang kopral Belanda dari Maluku ditugaskan mengawal Tuanku Imam Bonjol di Lotta. Apolos menikah dengan putri Mayor Parengkuan bernama Wilhelmina Parengkuan. Keturunan Apolos Minggu menjaga makam Tuanku Imam Bonjol hingga saat ini.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
***
Artikel ini merupakan kiriman Hari Suroto, Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan BRIN






