Mayat Misterius Ditemukan di Puncak Gunung Ciremai, Pendakian Dihentikan!

Posted on

Sesosok mayat misterius tanpa identitas ditemukan di puncak gunung Ciremai. Kegiatan pendakian di gunung itu pun disetop sementara.

Penempuan mayat laki-laki itu berlokasi tepat di area puncak Linggajati, Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Hal tersebut diungkapkan Humas TNGC, Ady Sularso.

Ady memaparkan, penemuan mayat tersebut bermula ketika tim dari TNGC sedang berpatroli di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) pada Rabu (29/10/2025) sekitar pukul 15.30 WIB.

“Jadi ada temen-temen TNGC lagi patroli. Nah, kebetulan di lokasi yang mau dilakukan patroli itu ditemukan mayat. Pas ditemukan tidak ada identitas. Ditemukan sekitar pukul 15.30 WIB. Posisi mayat itu 200 meter dari puncak kawah,” tutur Ady, Rabu (29/10).

Selain tidak ada identitas yang melekat pada mayat tersebut, saat ditemukan, mayat itu juga sudah dalam kondisi membusuk.

Pihak TNGC masih belum bisa memastikan mayat tersebut merupakan pendaki atau bukan, karena ditemukan di puncak Gunung Ciremai yang dekat dengan kawah.

Hingga sekarang, pihaknya masih melakukan pencarian data pendaki yang hilang, serta berkoordinasi dengan pihak terkait untuk dilakukan langkah selanjutnya.

“Kondisinya memprihatinkan. Sudah busuk dan ada belatung dan lain sebagainya. Kita belum bisa tahu. Karena kita masih menghimpun data, baik dari data aduan ataupun data pendaki. Jadi belum bisa memastikan. Kita masih pedalaman. Karena mayat kan sudah lama, mungkin sudah seminggu atau 10 hari. Masih dikoordinasikan dengan stakeholder dari Polres dan Polsek untuk menentukan langkah yang akan diambil,” tutur Ady.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Indra Bayu memaparkan, mayat yang ditemukan tersebut berjenis kelamin laki-laki yang berusia sekitar 30-40 tahun.

Saat ditemukan mayat mengenakan celana pendek, membawa terminal kabel, dan di dekat mayat ditemukan baju seperti jas warna biru dan sarung.

“Menggunakan celana pendek (telanjang), Tidak ditemukan kartu identitas di tubuh korban, membawa terminal kabel, ditemukan baju seperti jas warna biru dan sarung,” tutur Indra.

Hingga sekarang pihaknya masih melakukan koordinasi untuk terkait rencana mengevakuasi mayat tersebut. Untuk tindakan sementara yang dilakukan adalah dengan mengamankan lokasi sekitar penemuan mayat.

“Mengamankan lokasi penemuan dan memastikan tidak ada gangguan di sekitar area. Kemudian untuk rencana evakuasi atau menurunkan mayat tersebut. Ini malam ini kita dari TNGC, TNI, Polri, Ranger, AKAR dan relawan masih dikoordinasikan,” jelas Indra.

Penemuan mayat misterius di puncak Gunung Ciremai membuat pihak Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menutup sementara seluruh aktivitas pendakian di jalur tersebut.

Kebijakan itu tertuang dalam surat pengumuman bernomor PG.43/T.33/TU/KSA/13/10/2025 yang diterbitkan TNGC pada Kamis (30/10/2025). Surat tersebut ditandatangani langsung oleh Kepala Balai TNGC, Toni Anwar.

Dalam surat itu dijelaskan, penutupan dilakukan untuk mendukung proses evakuasi dan investigasi terkait penemuan mayat tanpa identitas di kawasan puncak Gunung Ciremai oleh Tim Smart Patrol TNGC pada Rabu (29/10).

Penutupan jalur pendakian Linggajati diberlakukan mulai 30 Oktober hingga 6 November 2025, dan rencananya akan kembali dibuka pada 7 November 2025.

Selain itu, dalam surat pengumuman disebutkan bahwa pendaki yang telah melakukan booking online pada periode penutupan diminta melakukan konfirmasi ulang kepada admin TNGC untuk penjadwalan ulang pendakian.

Sementara itu, Humas TNGC, Ady Sularso, membenarkan adanya surat pengumuman tersebut. Ia menegaskan, langkah penutupan sementara dilakukan untuk memperlancar proses evakuasi dan penyelidikan.

“Iya. Untuk memperlancar proses evakuasi yang sedang berlangsung. Untuk jelasnya itu ada surat pengumuman,” tutur Ady saat dikonfirmasi, Kamis (30/10).

Proses evakuasi mayat tanpa identitas yang ditemukan di puncak Gunung Ciremai dilakukan dengan sistem estafet. Metode tersebut melibatkan sedikitnya 60 petugas gabungan dari BPBD, Polri, LSM, dan relawan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kuningan, Indra Bayu, menjelaskan bahwa sistem estafet diterapkan karena lokasi penemuan berada di area puncak yang sulit dijangkau.

Tim gabungan dibagi ke beberapa pos pendakian untuk memudahkan proses evakuasi. Nantinya, setiap tim akan bergantian membawa jenazah hingga tiba di Pos Cibunar, yang menjadi titik akhir evakuasi.

“Kurang lebih itu (60 petugas). Tadi naik jam 9 pagi. Setelah pengarahan dari Kapolres, TNGC, BPBD, relawan, dan pemetaan personel serta pengecekan logistik. Itu semua sudah berangkat, khususnya tim yang bertugas di puncak. Apalagi turunkan bawa jenazahnya. Makanya kita estafet. Kita tempatkan personel itu dari puncak. Nanti akan berganti-berganti yang akan mengevakuasi mayat tersebut sampai pos terakhir Cibunar,” tutur Indra.

Tim pertama yang disebut Advance bertugas melakukan identifikasi, evakuasi, dan pembungkusan jenazah. Tim ini terdiri dari Inafis Polres Kuningan (14 personel), TNGC (2 personel), Ranger Linggasana (10 personel), dan Ranger Linggajati (5 personel).

Tim kedua berada di Pos Pengasinan, terdiri atas LSM AKAR (2 personel) dan relawan Himapa (4 personel). Tim ketiga di Pos Sanggabuana beranggotakan LSM AKAR (1 personel) dan relawan (3 personel). Tim keempat di Pos Batu Lingga terdiri dari Vertical Rescue (3 personel) dan relawan Himapa (1 personel).

Berikutnya, tim kelima di Pos Bapa Tere terdiri dari AKAR (1 personel), relawan Himapa (1 personel), dan relawan Timbal (1 personel). Tim keenam di Pos Bingbing berasal dari Polri (4 personel), sedangkan tim ketujuh di Pos Pangalap berasal dari BPBD Kuningan (3 personel).

Sementara itu, tim kedelapan di Pos Kondangan Amis beranggotakan AKAR (2 personel) dan relawan (3 personel). Di Pos Cibunar, pos terakhir dalam proses evakuasi, berjaga petugas dari BPBD, Polri, PPGC Linggajati, dan sejumlah relawan.

Indra menambahkan, durasi evakuasi sangat bergantung pada kondisi cuaca. Jalur pendakian Linggajati dikenal sebagai jalur yang sulit dan teknikal, terlebih saat hujan.

“Kalau berbicara estimasi itu tergantung berbagai faktor, salah satunya cuaca. Cepet-cepetnya itu jam 7 sampai puncak. Karena jalur Linggajati termasuk jalur yang teknikal yang cukup sulit. Apalagi kondisi sekarang hujan. Ketika sampai di sana identifikasi dulu. Apalagi mayat sudah lama, kesulitannya lumayan. Mudah-mudahan sidik jari bisa diidentifikasi. Paling cepat bolak-balik bisa 18 jam. Dan kita monitor melalui radio dari Pos Cibunar,” ujar Indra.

——-

Artikel ini telah naik di infoJabar, bisa dibaca selengkapnyadan

Kegiatan Pendakian Gunung Ciremai Dihentikan!

Mayat Misterius Gunung Ciremai Dievakuasi Secara Estafet

Penemuan mayat misterius di puncak Gunung Ciremai membuat pihak Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menutup sementara seluruh aktivitas pendakian di jalur tersebut.

Kebijakan itu tertuang dalam surat pengumuman bernomor PG.43/T.33/TU/KSA/13/10/2025 yang diterbitkan TNGC pada Kamis (30/10/2025). Surat tersebut ditandatangani langsung oleh Kepala Balai TNGC, Toni Anwar.

Dalam surat itu dijelaskan, penutupan dilakukan untuk mendukung proses evakuasi dan investigasi terkait penemuan mayat tanpa identitas di kawasan puncak Gunung Ciremai oleh Tim Smart Patrol TNGC pada Rabu (29/10).

Penutupan jalur pendakian Linggajati diberlakukan mulai 30 Oktober hingga 6 November 2025, dan rencananya akan kembali dibuka pada 7 November 2025.

Selain itu, dalam surat pengumuman disebutkan bahwa pendaki yang telah melakukan booking online pada periode penutupan diminta melakukan konfirmasi ulang kepada admin TNGC untuk penjadwalan ulang pendakian.

Sementara itu, Humas TNGC, Ady Sularso, membenarkan adanya surat pengumuman tersebut. Ia menegaskan, langkah penutupan sementara dilakukan untuk memperlancar proses evakuasi dan penyelidikan.

“Iya. Untuk memperlancar proses evakuasi yang sedang berlangsung. Untuk jelasnya itu ada surat pengumuman,” tutur Ady saat dikonfirmasi, Kamis (30/10).

Kegiatan Pendakian Gunung Ciremai Dihentikan!

Proses evakuasi mayat tanpa identitas yang ditemukan di puncak Gunung Ciremai dilakukan dengan sistem estafet. Metode tersebut melibatkan sedikitnya 60 petugas gabungan dari BPBD, Polri, LSM, dan relawan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kuningan, Indra Bayu, menjelaskan bahwa sistem estafet diterapkan karena lokasi penemuan berada di area puncak yang sulit dijangkau.

Tim gabungan dibagi ke beberapa pos pendakian untuk memudahkan proses evakuasi. Nantinya, setiap tim akan bergantian membawa jenazah hingga tiba di Pos Cibunar, yang menjadi titik akhir evakuasi.

“Kurang lebih itu (60 petugas). Tadi naik jam 9 pagi. Setelah pengarahan dari Kapolres, TNGC, BPBD, relawan, dan pemetaan personel serta pengecekan logistik. Itu semua sudah berangkat, khususnya tim yang bertugas di puncak. Apalagi turunkan bawa jenazahnya. Makanya kita estafet. Kita tempatkan personel itu dari puncak. Nanti akan berganti-berganti yang akan mengevakuasi mayat tersebut sampai pos terakhir Cibunar,” tutur Indra.

Tim pertama yang disebut Advance bertugas melakukan identifikasi, evakuasi, dan pembungkusan jenazah. Tim ini terdiri dari Inafis Polres Kuningan (14 personel), TNGC (2 personel), Ranger Linggasana (10 personel), dan Ranger Linggajati (5 personel).

Tim kedua berada di Pos Pengasinan, terdiri atas LSM AKAR (2 personel) dan relawan Himapa (4 personel). Tim ketiga di Pos Sanggabuana beranggotakan LSM AKAR (1 personel) dan relawan (3 personel). Tim keempat di Pos Batu Lingga terdiri dari Vertical Rescue (3 personel) dan relawan Himapa (1 personel).

Berikutnya, tim kelima di Pos Bapa Tere terdiri dari AKAR (1 personel), relawan Himapa (1 personel), dan relawan Timbal (1 personel). Tim keenam di Pos Bingbing berasal dari Polri (4 personel), sedangkan tim ketujuh di Pos Pangalap berasal dari BPBD Kuningan (3 personel).

Sementara itu, tim kedelapan di Pos Kondangan Amis beranggotakan AKAR (2 personel) dan relawan (3 personel). Di Pos Cibunar, pos terakhir dalam proses evakuasi, berjaga petugas dari BPBD, Polri, PPGC Linggajati, dan sejumlah relawan.

Indra menambahkan, durasi evakuasi sangat bergantung pada kondisi cuaca. Jalur pendakian Linggajati dikenal sebagai jalur yang sulit dan teknikal, terlebih saat hujan.

“Kalau berbicara estimasi itu tergantung berbagai faktor, salah satunya cuaca. Cepet-cepetnya itu jam 7 sampai puncak. Karena jalur Linggajati termasuk jalur yang teknikal yang cukup sulit. Apalagi kondisi sekarang hujan. Ketika sampai di sana identifikasi dulu. Apalagi mayat sudah lama, kesulitannya lumayan. Mudah-mudahan sidik jari bisa diidentifikasi. Paling cepat bolak-balik bisa 18 jam. Dan kita monitor melalui radio dari Pos Cibunar,” ujar Indra.

——-

Artikel ini telah naik di infoJabar, bisa dibaca selengkapnyadan

Mayat Misterius Gunung Ciremai Dievakuasi Secara Estafet