Melihat Rumah Djiaw Kie Siong, Tempat Diculiknya Sukarno-Hatta di Karawang

Posted on

Karawang yang dikenal sebagai kota industri menyimpan sebuah jejak sejarah penting bagi kemerdekaan Indonesia. Di sana terdapat rumah yang jadi tempat pengasingan Sukarno-Hatta oleh kelompok pemuda.

Rumah itu berada di Dusun Kalijaya, Desa Rengasdengklok Utara, Karawang, Jawa Barat. Rumah tua berwarna hijau itu milik Djiaw Kie Siong. Dia seorang petani kecil keturunan Tionghoa.

Pemilik dan perawat rumah tersebut, Lina, yang juga merupakan istri dari cucu Djiaw Kie Siong bernama Yanto, membeberkan alasan dipilihnya rumah itu untuk berdiskusi terkait proklalmasi kemerdekaan Indonesia. Dia bilang dulu penentuan rumah tersebu dinilai paling aman bagi kelompok pemuda yang menculik Sukarno dan Hatta.

Menurutnya, seseorang yang merekomendasikan rumah Djiaw Kie Siong adalah salah satu anggota pemuda PETA (Pembela Tanah Air) yakni Maslin.

“Jadi dia tahu posisi rumah ini daripada (di tempat lain) udah aja di bawa ke rumah Djiaw Kie Siong aja. Jadi beliau datang terus ngomong sama kakek ‘bisa nggak saya pakai tempat ini?’,” kata perempuan yang akrab disapa ibu Yanto saat dijumpai inforavel, Kamis (14/8/2025).

Ibu Yanto mengatakan sang kakek pun mempersilahkan kepada kelompok pemuda itu untuk menggunakan rumahnya. Saat itu, Maslin meminta semua penghuni yang ada di rumah untuk meninggalkan rumah tersebut, selagi para pemuda dan Sukarno-Hatta berada di dalam.

“Kita semua ngungsi penghuninya gitu. Kita keluarga besar, kebetulan waktu itu mau ada acara sembahyang leluhur di bulan delapan ini jadi kumpullah anak-anaknya,” kata dia.

Semua anggota keluarga Djiaw Kie Siong meninggalkan rumah. Mereka mengungsi ke rumah anak paling tua Djiaw Kie Siong.

Dulu wilayah ini masih dikelilingi oleh hutan dan jalanan masih tanah dan tanpa lampu penerangan. Rumah Djiaw Kie Siong dipakai karena rumahnya paling besar di antara rumah-rumah lain yang ada di sekitar.

Rumah yang saat ini berdiri bukanlah tempat asli kejadian saat penculikan Sukarno-Hatta. Bu Yanto menuturkan bangunan rumah dipindah pada tahun 1957.

“Jadi dulu kalau mau ke rumah ini kan dulu di sana, masuk dari tugu depan terus masuk ke ujung gang ini, naik tanggul terus turun tanggul. Belakang tanggul baru rumah,” ujar Bu Yanto.

Meski berpindah tempat, bangunan rumah bersejarah ini masih lestari dan dijaga hingga sekarang. Mulai dari atap bilik, genteng hingga lantai masih seperti sedia kala.

Semua perawatan rumah dilakukan dari kocek pribadi dan hingga kini rumah tersebut bisa dikunjungi oleh siapapun setiap hari. Dari pukul 08.00 hingga 17.00 WIB, tak ada tiket masuk hanya disediakan kotak donasi yang bisa diisi oleh pengunjung secara sukarela.

Rengasdengklok dipilih untuk melakukan persiapan Proklamasi Kemerdekaan itu karena pada zaman penjajahan Jepang, wilayah tersebut merupakan tangsi Pembela Tanah Air (PETA) di bawah Purwakarta. Selain itu, terdapat Daidan PETA di Jaga Monyet Rengasdengklok.

Lokasinya pun terpencil, sekitar 20 km di arah utara Karawang, Jawa Barat, dekat Sungai Citarum. Sehingga jika ada gerakan Jepang ke arah sana, akan dapat segera terdeteksi. Maka dari itulah tempat ini dinilai aman dari Jepang.

Sukarno dan Hatta tak sampai 24 jam berada di Rengasdengklok. Pada sekitar pukul 18.00, Achmad Soebardjo datang menyusul Soekarno-Hatta.

Saksikan Live infoPagi :

Menjadi Tempat Paling Aman

Lokasi Rumah Berbeda tapi Bangunan Tetap Sama

Kenapa Rengasdengklok?

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi