Sungguh merana nasib hutan lereng Gunung Tambora. Hutan itu habis dibabat dan membuat kebun kopi serta sumber air yang biasa dipakai warga hilang tak tersisa.
Hutan yang berada di desa Labuan Kananga, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), habis dibabat dalam skala besar. Pembabatan hutan itu membuat warga kehilangan sumber mata air dan kebun kopi.
Pembabatan hutan itu diduga dilakukan oleh PT Agro Wahana Bumi (AWB), sebuah perusahaan pengolahan kayu dengan sistem tebang tanam di sekitar lereng Gunung Tambora wilayah Kabupaten Bima dan Dompu.
“Kondisi hutan di lereng Gunung Tambora banyak yang gundul akibat dibabat PT AWB,” ungkap Kepala Desa (Kades) Labuan Kananga, Sutacim, Minggu (3/8/2025).
Menurut Sutacim, pembabatan hutan yang diketahui untuk pembukaan lahan (land clearing) tersebut sudah berlangsung beberapa hari ke belakang.
Sutacim bersama warga setempat telah turun ke lokasi untuk mengecek langsung dan meminta agar aktivitas pembabatan hutan itu untuk segera dihentikan.
“Aktivitas ini sangat merugikan masyarakat Tambora, khususnya di Labuan Kananga,” ujar Sutacim.
Akibat pembabatan itu, jelas Sutacim, sumber mata air masyarakat, yakni Sori Sumba dan SP 6, terancam hilang. Pasalnya, aktivitas pembukaan lahan dengan menggunakan alat berat berupa eskavator itu tak memperhatikan radius atau titik koordinat sumber mata air.
“Saat ini saja warga kami sudah mengeluhkan kekeringan dan krisis air bersih. Sebelum adanya aktivitas perusahaan ini, warga tak pernah mengeluh,” jelas Sutacim.
Tak cuma itu, menurut Sutacim, kebun kopi milik warga juga dibabat oleh PT AWB. Perusahaan mengeklaim kebun kopi masuk dalam penguasaan berdasarkan izin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat.
“Ada sekitar 50 hektare (Ha) kebun kopi warga yang dikuasai perusahaan ini,” terang Sutacim.
Sutacim sempat mempertanyakan soal lahan yang dikuasai PT AWB yang tidak sesuai dengan tapal batas lahan. Namun, perusahaan tidak kunjung memberikan jawaban.
“Kami meminta pemerintah pusat agar mengevaluasi dan mencabut izin perusahaan ini karena hanya merusak lingkungan dan merugikan masyarakat Tambora,” pinta Sutaci.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan, PT AWB belum bisa dikonfirmasi soal tindakan perambahan hutan di lereng Gunung Tambora.
——-
Artikel ini telah naik di