Nenek Penjaga Tradisi Kuno di Desa Scanno

Posted on

Di tengah Pegunungan Abruzzo, Italia, terdapat sebuah desa abad pertengahan bernama Scanno. Di sana punya daya tarik yang berbeda.

Desa tersebut bukan hanya terkenal karena keindahan alam dan bangunan tuanya. Tetapi juga karena sosok seorang nenek berusia 94 tahun yang masih setia mengenakan pakaian tradisional setiap hari yakni Margherita Ciarletta yang dijuluki warga setempat sebagai L’Ultima Regina atau ‘Sang Ratu Terakhir’.

Mengutip dari CNN, Selasa (23/9/2025) wisatawan yang berkunjung ke desa itu kerap mencari sosok Ciarletta untuk berfoto bersama. “Saya bukanlah publik figur. Saya hanya seorang nenek biasa yang bangga dengan asal-usul saya,” ujar Ciarletta.

Sejak usia 18 tahun, Ciarletta telah mengenakan busana kerja tradisional Scanno yaitu gaun wol berlengan panjang berwarna gelap dan penutup kepala katun. Ia memiliki beberapa versi, dari hitam hingga biru tua dengan putih, yang ia kenakan bergantian bahkan di hari Minggu.

“Saya selalu menyukai gaun ini, saya bangga memakainya,” ucapnya.

Dalam tradisi Scanno, ada dua jenis pakaian khas: satu untuk keseharian dan pekerjaan, seperti yang Ciarletta kenakan dan satu lagi yang lebih mewah dan berhias untuk gereja serta perayaan.

Kini, hanya kostum pesta itu yang masih dipakai oleh sebagian perempuan dalam parade budaya. Sementara Ciarletta adalah satu-satunya yang tetap setia pada busana kerja leluhurnya.

“Suami saya tidak pernah menyukainya. Tapi itu tidak menghentikan saya untuk memakainya setiap hari, baik ke ladang maupun ke pesta,” katanya sambil tersenyum.

Meski usianya hampir seabad, Ciarletta masih menjalani aktivitas harian secara mandiri. Ia tinggal di rumah batu yang sama sejak 1950, mengurus kebun, memasak, dan berjalan-jalan ringan setiap hari.

“Saya melakukan semuanya sendiri, setiap pagi hari saya bersih-bersih rumah, berkebun, lalu memasak. Sore hari saya mengobrol dengan tetangga dan keluarga,” jelas Ciarletta.

Kini, ia memang sudah berhenti pergi ke bar lokal untuk menikmati espresso pagi, tapi masih menyambut cucu-cucunya yang rutin datang berkunjung. Ia senang memasak pasta buatan tangan dan gnocchi dengan daun lobak, hidangan khas Abruzzo. Sebagai balasan, cucu-cucunya menjaga agar turis tak sembarangan masuk rumah.

“Mereka luar biasa. Saya sangat beruntung memiliki mereka,” ungkapnya.

Popularitasnya sebagai penjaga tradisi membawa Ciarletta menjadi objek wisata yang tak ia cari. Ia pernah menolak kru televisi dan tak segan mengusir turis yang masuk ke rumahnya tanpa izin.

“Karena saya satu-satunya yang masih memakai kostum ini, orang-orang datang hanya untuk berfoto. Tapi kalau terlalu ramai, itu bisa menjengkelkan,” sebut Ciarletta.

Meski begitu, ia tetap ramah dan mudah didekati, berbicara dengan bahasa Italia baku, bukan dialek lokal agar lebih mudah dipahami tamu dari luar.

Pejabat setempat bahkan tengah mengajukan pengakuan UNESCO untuk pakaian tradisional ini sebagai warisan budaya takbenda.

Scanno dulu adalah desa makmur tapi kini dari sekitar 4.000 penduduk pada 1920-an, hanya tersisa sekitar 1.600 jiwa. Banyak yang hijrah ke kota atau luar negeri, terutama ke Amerika Serikat, untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Ciarletta mengaku merindukan masa lalu suasana kebersamaan, tradisi, dan keramaian yang hangat di wilayahnya.

“Saya merindukan suami saya, tetangga-tetangga saya, dan saat kami selalu makan bersama. Dulu saya tidak pernah merasa sendiri. Sekarang, terkadang saya merasa sepi,” ujarnya.

Namun, ia tidak larut dalam nostalgia. Meski mengaku kehilangan banyak hal, ia merasa hidupnya kini jauh lebih ringan.

“Saya telah bekerja di ladang seumur hidup saya sampai usia 70 tahun juga memelihara hewan, itu pekerjaan berat sekarang. Tapi saya punya waktu untuk diri sendiri, untuk bersantai dan saya akhirnya tahu apa itu waktu luang,” ujarnya.

“Saya menikmati jadi nenek-nenek. Saya bahagia dengan hidup saya,” pungkas Ciarletta.

Sorotan Wisata yang Terkadang Berlebihan

Gambar ilustrasi