Paus Fransiskus Tutup Usia: Jejak Pemimpin Global dalam Mengatasi Krisis Iklim

Posted on

Paus Fransiskus tutup usia pada Senin (21/4/2025) dalam usia 88 tahun. Dunia kehilangan pemimpin yang memandu gerakan mengatasi krisis iklim global.

Paus Fransiskus adalah Paus Gereja Katolik ke-266. Paus dengan nama lahir Jorge Mario Bergoglio itu wafat di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan.

Di bawah kepemimpinannya, Paus Fransiskus membuat banyak gabrakan dan menjadikannya serba pertama, namun di saat bersamaan mampu untuk tetap popular di kalangan tradisionalis.

Paus Fransiskus adalah paus pertama dari Benua Amerika atau Belahan Bumi Selatan. Sejak wafatnya Paus Gregorius III yang lahir di Suriah pada tahun 741, tidak ada Uskup Roma non-Eropa. Dia juga menjadi paus pertama dari ordo Yesuit yang terpilih menjadi takhta Santo Petrus-Yesuit secara historis dipandang dengan kecurigaan oleh Roma.

Pendahulu Fransiskus, Benediktus XVI, adalah paus pertama yang mengundurkan diri secara sukarela setelah hampir 600 tahun, dan selama hampir satu dekade, Taman Vatikan menjadi tempat dua paus.

Bahkan, pemakamannya pun berbeda. Paus Fransiskus meminta untuk membuat seluruh prosedur pemakamannya menjadi lebih sederhana, tidak rumit seperti paus-paus sebelumnya. Termasuk pemilihan saat disemayamkan. Para paus sebelumnya dimakamkan dalam tiga peti yang terbuat dari kayu cemara, timah, dan oak. Paus Fransiskus memilih peti mati kayu sederhana yang dilapisi seng.

Dia juga telah menghapus tradisi menempatkan jenazah Paus di atas panggung yang ditinggikan, dikenal sebagai catafalque, di Basilika Santo Petrus untuk disaksikan oleh publik. Sebagai gantinya, para pelayat diundang untuk memberikan penghormatan, sementara jenazahnya tetap berada di dalam peti mati, dengan tutupnya dibuka.

Paus Fransiskus juga akan menjadi Paus pertama dalam lebih dari satu abad yang dimakamkan di luar Vatikan. Dia disemayamkan di Basilika St Mary Major, salah satu dari empat basilika kepausan di Roma.

Paus Fransiskus juga dikenal sebagai pemimpin yang menonjolkan perdamaian. Dia membela warga Gaza dalam berbagai kesempatan, terutama sejak meningkatnya kekerasan di Gaza pada 2023-2024. Paus Fransiskus berulang kali menyerukan gencatan senjata segera dan dibukanya koridor kemanusiaan agar bantuan medis dan makanan bisa masuk ke wilayah yang terdampak parah.

“Setiap perang adalah kekalahan. Mari kita berhenti, atas nama kemanusiaan!” kata Paus Fransiskus pada Oktober 2023.

Selain itu, Paus Fransiskus juga dikenal sebagai pemimpin dunia yang lantang memperingatkan bahaya krisis iklim. Ketika suhu global mendekati ambang batas 1,5 derajat Celsius, Paus Fransiskus menegaskan bahwa kerusakan lingkungan bukan sekadar kelalaian, melainkan dosa struktural umat manusia.

“Apakah kita bekerja untuk budaya kehidupan, atau budaya kematian?” tanya Paus Fransiskus dalam konferensi lingkungan global di Vatikan, Mei 2024, yang dihadiri para pemimpin dunia, sembari menyoroti ketimpangan tanggung jawab atas krisis iklim saat itu.

Paus Fransiskus menyampaikan bahwa satu miliar orang terkaya di dunia menyumbang lebih dari setengah emisi gas rumah kaca, sedangkan tiga miliar orang miskin justru menanggung 75 persen dampak dari krisis iklim yang ditimbulkan.

Paus tidak hanya berbicara soal data, tapi juga soal moral dan keadilan. Dia bahwa perubahan iklim, kerusakan lingkungan, hilangnya biodiversitas, dan kelaparan adalah tantangan sistemik yang saling terkait-dan menuntut aksi bersama.

“Negara-negara berkembang paling menderita, terutama perempuan dan anak-anak,” kata dia.

Intervensi Paus Fransiskus bukan retorika belaka. Paus Fransiskus bergerak, tak hanya berkhotbah.

Dia mengangkat suara komunitas adat, memperjuangkan keadilan bagi pembela lingkungan, dan mendukung gerakan global. Dia meninggalkan warisan ensiklik Laudato Si’. Sebuah dokumen ajaran resmi Gereja Katolik yang membahas krisis ekologi global, dari perubahan iklim hingga ketidakadilan sosial-dalam bingkai spiritual, etis, dan ilmiah yang ditulis Paus Fransiskus pada 14 Mei 2015.

Kini, Laudato Si’ menjadi gerakan dunia. Laudato Si’ kini memiliki jaringan global lebih dari 900 organisasi Katolik dan lebih dari 10.000 pemimpin akar rumput terlatih yang dikenal sebagai animator Laudato Si’. Mereka adalah agen perubahan lokal yang menyuarakan transisi ekologis di komunitas masing-masing.

Kini, dunia kehilangan salah satu suara nurani terkuatnya. Tapi warisannya terus hidup untuk masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.

Selamat jalan Paus Fransiskus, jejak dan warisanmu abadi.

Lantang Menyuarakan Menjaga Bumi

Warisan yang Tak Lekang Waktu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *