Rombongan berisi 140 wisatawan yang dibawa oleh bos travel berinisial F sempat ditahan selama 2 jam oleh pengelola restoran karena belum membayar setelah makan.
Pengelola restoran yang menjadi korban penggelapan pemilik biro travel asal Boyolali inisial F (27) buka suara soal peristiwa tersebut. Restoran Kedai Thiwul Kukus di Playen, Gunungkidul, Yogyakarta mengaku sempat menahan rombongan wisatawan dari Boyolali itu karena tak ada kejelasan soal pembayaran makan.
Salah seorang karyawan Kedai Thiwul Kukus, Harry, menyebut awalnya F melakukan reservasi pada Minggu, 2 November 2025 siang. Adapun rombongan yang dibawa sebanyak 140 orang dari RT di Boyolali dengan tujuan Bantul dan Gunungkidul.
“Satu hari sebelumnya saya konfirmasi ulang, mbak jadi order (pesan) atau tidak. Terus kalau jadi menunya pilih yang mana, dan saat itu saya minta DP ke dia,” kata Harry saat dihubungi, Rabu (12/11).
Saat itu, F belum membayar down payment (DP) atau uang muka kepada pihak restoran. Namun, karena F sudah beberapa kali reservasi untuk rombongan wisata, Harry pun tak mempersoalkannya.
“Nah, saya minta DP dia bilang mas nanti saja saat hari H (2 November 2025). Lalu saya iyakan karena dia sudah 2-3 kali order tempat saya tidak ada masalah,” ujarnya.
Saat hari H, datang rombongan wisata yang dibawa oleh F berjumlah 140 orang. Rombongan itu selanjutnya makan dan pihak restoran melayani rombongan dengan baik.
“Kalau tamu sudah makan di tempat saya berarti otomatis wajib membayar kan. Apalagi tamu sudah terlayani dengan baik, tugas saya sebagai pihak resto sudah selesai jadi saya minta tagihan ke dia,” ucapnya.
Selesai makan, rombongan masuk ke dalam bus dan hendak melanjutkan perjalanan. Sedangkan F menemui Harry untuk menyelesaikan masalah tagihan makan siang.
“Saat itu tamu sudah masuk ke dalam bus semua, dan F ini menemui saya, dan bilang ‘Mas mohon maaf saya belum bisa membayar’,” ujar Harry menirukan F.
Mendengar hal tersebut, Harry memutuskan untuk menahan rombongan wisatawan di restoran. Adapun biaya yang seharusnya dibayarkan F untuk biaya makan siang Rp 3,5 juta.
“Nah, akhirnya dari situ saya bilang sudah di sini dulu, peserta semua saya tahan. Karena saya koordinasi dengan pihak bus, panitia, di situ saya jelaskan bahwasanya belum ada penyelesaian pembiayaan untuk makan,” ujarnya.
Kala itu, bos travel asal Boyolali sempat menyerahkan perhiasan sebagai jaminan. Namun, saat dicek perhiasan itu ternyata palsu.
“Setelah dicek di toko emas ternyata gelangnya palsu. Setelah itu saya tanya lagi ke biro bagaimana ini dan dia bilang minta kesempatan dan tamunya agar bisa melanjutkan perjalanan,” lanjut Harry.
Harry pun tidak mengabulkan permintaan F karena belum menyelesaikan pembayaran makan di restorannya. Akhirnya rombongan wisata itu tertahan di area restoran lebih dari dua jam.
“Tapi saya bilang tidak bisa dan tetap saya tahan. Mereka tertahan dari jam 11.30 WIB siang sampai jam 15.00 WIB,” katanya.
Pihak panitia wisata akhirnya mendatangi Harry karena merasa terlalu lama menunggu. Dari situ barulah terungkap jika F mengatasnamakan biro wisata milik Harry.
“Jam 15.00 WIB itu panitia menghubungi saya dan mengobrol, di situ ketahuan lah kalau dia mengatasnamakan biro wisata saya,” ujarnya.
Singkat cerita, F akhirnya mengakui jika membuat sendiri bukti transaksi atas nama biro perjalanan milik Harry.
“Akhirnya dia (F) mengaku kalau memakai notanya Gendhis Manis Wisata dan itu membuat sendiri,” ujarnya.
Merasa nama biro wisatanya dicatut, Harry menghubungi Polsek Playen. Akhirnya Polsek Playen datang ke restoran untuk melakukan mediasi pihak restoran dengan F.
Saat itu, F bersedia membuat surat pernyataan untuk menyelesaikan semua kewajibannya baik kepada rombongan wisata dan pihak restoran. Namun, hingga batas waktu yang diberikan F tak juga menyelesaikan pembayaran.
“Namun semua itu tidak terealisasi tanggal 9 (November) dan akhirnya pihak peserta buat laporan di Polsek Cepogo, Boyolali. Kalau dari pihak restoran sudah memberikan waktu 2×24 jam kepada keluarga untuk datang ke restoran, tapi tidak ada tindakan dari orang tuanya, suaminya,” ujarnya.
Sedangkan dalam pertemuan dengan pihak restoran, pihak keluarga F meminta pengurangan tuntutan dalam menyelesaikan kewajibannya. Akan tetapi semua itu tidak ada tindak lanjutnya hingga saat ini.
Harry yang penasaran pun akhirnya menelusuri sepak terjang F. Ternyata F menggunakan nama biro wisatanya untuk transaksi dengan rombongan wisata lain dan juga berutang di beberapa restoran lain.
“Dan meninggalkan utang, kan yang malu saya. Jadi yang saya laporkan masalah pencemarannya bukan masalah nominalnya (tidak membayar makan siang di restoran),” jelas Harry.
———
Artikel ini telah naik di
Sempat Ditahan 2 Jam
Mendengar hal tersebut, Harry memutuskan untuk menahan rombongan wisatawan di restoran. Adapun biaya yang seharusnya dibayarkan F untuk biaya makan siang Rp 3,5 juta.
“Nah, akhirnya dari situ saya bilang sudah di sini dulu, peserta semua saya tahan. Karena saya koordinasi dengan pihak bus, panitia, di situ saya jelaskan bahwasanya belum ada penyelesaian pembiayaan untuk makan,” ujarnya.
Kala itu, bos travel asal Boyolali sempat menyerahkan perhiasan sebagai jaminan. Namun, saat dicek perhiasan itu ternyata palsu.
“Setelah dicek di toko emas ternyata gelangnya palsu. Setelah itu saya tanya lagi ke biro bagaimana ini dan dia bilang minta kesempatan dan tamunya agar bisa melanjutkan perjalanan,” lanjut Harry.
Harry pun tidak mengabulkan permintaan F karena belum menyelesaikan pembayaran makan di restorannya. Akhirnya rombongan wisata itu tertahan di area restoran lebih dari dua jam.
“Tapi saya bilang tidak bisa dan tetap saya tahan. Mereka tertahan dari jam 11.30 WIB siang sampai jam 15.00 WIB,” katanya.
Pihak panitia wisata akhirnya mendatangi Harry karena merasa terlalu lama menunggu. Dari situ barulah terungkap jika F mengatasnamakan biro wisata milik Harry.
“Jam 15.00 WIB itu panitia menghubungi saya dan mengobrol, di situ ketahuan lah kalau dia mengatasnamakan biro wisata saya,” ujarnya.
Singkat cerita, F akhirnya mengakui jika membuat sendiri bukti transaksi atas nama biro perjalanan milik Harry.
“Akhirnya dia (F) mengaku kalau memakai notanya Gendhis Manis Wisata dan itu membuat sendiri,” ujarnya.
Merasa nama biro wisatanya dicatut, Harry menghubungi Polsek Playen. Akhirnya Polsek Playen datang ke restoran untuk melakukan mediasi pihak restoran dengan F.
Saat itu, F bersedia membuat surat pernyataan untuk menyelesaikan semua kewajibannya baik kepada rombongan wisata dan pihak restoran. Namun, hingga batas waktu yang diberikan F tak juga menyelesaikan pembayaran.
“Namun semua itu tidak terealisasi tanggal 9 (November) dan akhirnya pihak peserta buat laporan di Polsek Cepogo, Boyolali. Kalau dari pihak restoran sudah memberikan waktu 2×24 jam kepada keluarga untuk datang ke restoran, tapi tidak ada tindakan dari orang tuanya, suaminya,” ujarnya.
Sedangkan dalam pertemuan dengan pihak restoran, pihak keluarga F meminta pengurangan tuntutan dalam menyelesaikan kewajibannya. Akan tetapi semua itu tidak ada tindak lanjutnya hingga saat ini.
Harry yang penasaran pun akhirnya menelusuri sepak terjang F. Ternyata F menggunakan nama biro wisatanya untuk transaksi dengan rombongan wisata lain dan juga berutang di beberapa restoran lain.
“Dan meninggalkan utang, kan yang malu saya. Jadi yang saya laporkan masalah pencemarannya bukan masalah nominalnya (tidak membayar makan siang di restoran),” jelas Harry.
———
Artikel ini telah naik di






