Para wisatawan yang mengunjungi kawasan Gunung Rushmore yang ikonik di Amerika Serikat itu, diperingatkan karena kualitas udara yang memburuk.
Menurut data dari Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), udara di sebagian besar wilayah Dataran Besar berada dalam kategori tidak sehat. Melansir The Independent, Rabu (16/4/2025) dua lokasi yang paling terdampak adalah Taman Nasional Badlands dan Suaka Margasatwa Nasional Lacreek.
Kedua tempat itu berada cukup dekat dengan Gunung Rushmore, masing-masing sekitar 120 kilometer dan 225 kilometer dari monument. Dan merupakan destinasi populer di kalangan wisatawan yang datang ke Rapid City, South Dakota.
Pada hari Senin (14/4) indeks kualitas udara (AQI) di beberapa titik berada pada angka antara 151 hingga 200, yang masuk dalam zona merah. Artinya, udara bisa berdampak pada kesehatan siapa saja, dan risiko akan lebih besar bagi mereka yang memiliki kondisi pernapasan atau termasuk kelompok rentan.
Sebagai gambaran, Senin pagi, wilayah di sekitar Badlands mencatat AQI sekitar 161. Suaka Margasatwa Lacreek dan area di sebelah baratnya, termasuk Cagar Alam Pine Ridge, juga termasuk dalam zona merah.
Bahkan jalur yang biasa dilalui wisatawan dari arah timur ke Gunung Rushmore diperkirakan melintasi wilayah dengan kualitas udara yang buruk. Sementara itu, pada hari Selasa pagi, situasi sempat membaik. Badlands mencatat AQI di angka 36, yang tergolong baik. Di Rapid City, nilainya bahkan lebih rendah sekitar 14.
Zona dengan risiko sedang, atau zona oranye (AQI 101-151), membentang luas dari selatan Sungai North Loup di Nebraska hingga sejauh Faith di South Dakota. Meskipun tidak seburuk zona merah, kualitas udara di area ini tetap berisiko bagi kelompok sensitif seperti anak-anak, lansia, atau penderita penyakit pernapasan.
Menurut ahli cuaca dari AccuWeather, Elizabeth Danco, menyebut kondisi itu kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi debu, asap kendaraan, dan hembusan angin yang kencang.
“Angin bisa membawa partikel polutan ke udara dan menyebarkannya ke wilayah yang lebih luas,” jelasnya.
Danco juga menambahkan bahwa rendahnya tingkat kelembapan di wilayah tersebut membuat kondisi semakin rawan.
“Kombinasi angin kencang dan udara kering bisa memicu atau memperparah kebakaran hutan, yang tentu saja ikut memperburuk kualitas udara,” lengkap Danco.