Lonjakan konflik antara manusia dan beruang di Jepang memunculkan fenomena tak biasa di kuliner negeri sakura. Kini daging beruang justru menjadi hidangan yang semakin diburu, terutama di daerah pegunungan.
Salah satu titik yang merasakan dampaknya adalah kota Chichibu, kawasan perbukitan yang terletak tak jauh dari Tokyo. Di kota ini, Koji Suzuki, pemilik sebuah restoran lokal, mengaku kewalahan memenuhi permintaan daging beruang panggang dari para pengunjung.
Permintaan tersebut melonjak seiring meningkatnya pemberitaan tentang beruang yang masuk ke permukiman warga, sekolah, hingga pusat perbelanjaan.
Daging beruang yang disajikan di restorannya berasal dari hewan yang diburu sebagai bagian dari upaya pengendalian populasi. Tahun ini, serangan beruang di Jepang telah menewaskan sekitar 13 orang, mendorong pemerintah mengambil langkah tegas untuk menekan risiko konflik lebih lanjut.
Meski restoran Suzuki juga menyajikan daging rusa dan babi hutan, menu yang lazim di kawasan pegunungan Jepang, kini daging beruang menjadi menu paling dicari.
“Dengan semakin banyaknya berita tentang beruang, jumlah pelanggan yang ingin mencicipi dagingnya meningkat pesat,” ujar Suzuki (71) kepada AFP, dikutip Kamis (25/12/2025).
Dia menilai pemanfaatan daging hasil pembasmian jauh lebih baik daripada membiarkannya terbuang.
Istri Suzuki, Chieko (64), yang mengelola restoran tersebut, mengatakan lonjakan permintaan membuat mereka kerap menolak pelanggan. Menurutnya, ketertarikan itu datang bukan hanya dari warga lokal, tetapi juga dari pengunjung yang penasaran dengan kuliner khas daerah pegunungan.
Salah satu pengunjung, komposer berusia 28 tahun bernama Takaaki Kimura, mengaku baru pertama kali mencoba daging beruang.
“Teksturnya sangat juicy, dan rasanya semakin keluar saat dikunyah,” ujarnya sambil tersenyum.
Dia datang ke kedai itu bersama teman-temannya. Mereka memilih duduk di sekitar batu panggangan dan panci yang mendidih.
Meski terdengar ekstrem bagi sebagian orang, konsumsi daging beruang sebenarnya bukan hal baru di Jepang. Di desa-desa pegunungan, daging ini telah lama menjadi bagian dari tradisi kuliner setempat, meski tidak dikonsumsi sehari-hari.
Melihat potensi tersebut, pemerintah Jepang berharap pemanfaatan daging beruang dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat pedesaan.
“Penting untuk mengubah satwa liar yang mengganggu menjadi sesuatu yang bernilai positif,” ujar Kementerian Pertanian Jepang.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, pemerintah daerah akan menerima subsidi sebesar USD 118 juta atau sekitar Rp 1,9 triliun. Dana itu dialokasikan untuk mengendalikan populasi beruang sekaligus mendorong konsumsi yang berkelanjutan.
Langkah tersebut diharapkan mampu mengurangi ancaman di wilayah utara Jepang, tempat beruang yang bobotnya bisa mencapai setengah ton kerap memasuki kawasan permukiman. Tahun ini, jumlah korban tewas akibat serangan beruang tercatat dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya, meski masih tersisa beberapa bulan dalam tahun fiskal.
Para ilmuwan menilai krisis ini dipicu oleh sejumlah faktor, mulai dari pertumbuhan populasi beruang, menyusutnya jumlah penduduk di pedesaan, hingga buruknya panen biji ek yang memaksa beruang mencari sumber makanan alternatif.
Untuk menangani situasi tersebut, pemerintah telah mengerahkan pasukan guna memberikan dukungan logistik dalam penjebakan dan perburuan beruang. Polisi antihuru-hara juga dilibatkan, dan jumlah beruang yang dibunuh sejauh ini telah melampaui 9.100 ekor sepanjang periode 2023-2024.
