Pro-kontra Fotografer Pelari yang Hiasi CFD Renon di Denpasar

Posted on

Fenomena fotografer pelari juga menyebar ke Denpasar, biasanya ada saat Car Free Day (CFD). Ternyata fenomena tersebut menuai pro dan kontra.

Foto-foto hasil jepretan para fotografer itu nantinya diunggah ke aplikasi Fotoyu, sebuah platform berbasis pengenalan wajah. Melalui aplikasi tersebut, pelari bisa menemukan foto mereka secara otomatis setelah mendaftarkan akun. Jika ingin memiliki foto tersebut, pelari dapat membelinya dengan harga yang telah ditentukan oleh fotografer.

Namun, tren ini menimbulkan pro dan kontra di media sosial. Tak sedikit yang mengkritik para fotografer karena dinilai melanggar privasi para pelari.

Pantauan infoBali saat CFD di Lapangan Renon, Minggu (20/4/2025), para fotografer aktif memotret pelari yang melintas. Beberapa pelari dan pengunjung bahkan terlihat sengaja berpose di depan kamera.

Tak jarang fotografer mencari sudut unik demi hasil foto maksimal. Ada yang menggunakan tangga, bahkan menaiki motor demi mendapatkan angle terbaik.

Salah satu fotografer, Gading, menanggapi polemik itu. Ia mengakui pentingnya menjaga kenyamanan publik saat memotret di ruang terbuka.

“Contoh mungkin teman-teman jangan terlalu berlebihan lah mengambil foto, misalkan ada properti yang tidak seharusnya di situ jadi sebaiknya kalau kita ingin foto kita harus memperhatikan tempat dan etikanya,” kata Gading.

Ia menyadari bahwa posisi fotografer di ruang publik belum memiliki perlindungan hukum yang jelas. Karena itu, menurutnya, etika menjadi aspek yang wajib dijunjung.

Meski demikian, Gading menyebut belum pernah menerima keluhan langsung sejak mulai menekuni aktivitas ini pada akhir November 2024.

“Jadi kebanyakan dari mereka oke-oke saja ya kalaupun ada yang merasa keberatan kita pun terbuka,” jelasnya.

Ia juga menyarankan pelari yang tidak ingin difoto untuk memberikan tanda silang dengan tangan sebagai kode penolakan.

“Jadi sebaiknya alangkah baiknya kita komunikasi saja kalau tidak berkenan difoto cukup berikan tanda silang saja kita sudah paham, bahkan pelari nunduk pun kami nggak akan foto,” tutur Gading.

“Jadi mungkin teman-teman pelari yang tidak nyaman sedikit menunjukkan tanda saja, kami juga tidak akan maksa,” ujarnya.

Gading juga menyoroti adanya pernyataan dari beberapa fotografer yang menyuruh pelari untuk mencari tempat lain jika tak ingin difoto. Ia menilai pernyataan itu tidak pantas.

“Ya kurang pantaslah karena ini ruang publik jangan karena satu orang berdampak kepada yang lain,” pungkasnya.

Sementara itu, salah seorang pelari yang enggan disebutkan namanya mengaku merasa risih saat berolahraga karena banyaknya fotografer yang berjaga di sepanjang lintasan.

“Iya aku juga risi,” katanya sambil berlari.

Meski begitu, dia sulit menghindar jika tiba-tiba ada fotografer berdiri tepat di depannya. Selain saat CFD, ia juga rutin berolahraga setiap sore di Lapangan Renon.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *