Liburan tanpa uang tunai kini mulai jadi tren. Wisatawan domestik atau turis memilih pembayaran digital di tempat wisata.
Eva (36), seorang ibu anak dua yang tinggal di Pulau Untung Jawa, salah satu tempat wisata di Kepulauan Seribu. Asli orang pulo (sebutan orang pulau), ia mencari nafkah dengan membuka usaha warung sembako dengan nama Warung Qnoy, yang diambil dari nama panggilan anak pertama, Vino.
Tren digitalisasi yang selama ini digaungkan oleh Kementerian Keuangan Indonesia terasa hingga ke warungnya. Sebagai nasabah dan Agen BRILink, dirinya mendapat kemudahan berupa cetakan kode QR untuk transaksi warungnya.
Warungnya termasuk lengkap, cemilan dan minuman ringan terpajang rapi. Melengkapi usahanya, ia juga menjual jus buah. Untuk wisatawan lokal harganya Rp 12 ribuan, kalau bule Rp 15 ribuan.
Eva bercerita bahwa sejak membuka warung tahun 2010, kebanyakan pembeli adalah wisatawan. Tak hanya domestik, bule pun doyan jajan.
“Bule suka jajan, biasanya belanja minuman soda,” kata wanita dengan mata almond itu.
Era digitalisasi juga dirasakan oleh turis-turis yang datang ke Pulau Untung Jawa. Kata Eva, mereka mulai menggunakan Qris sebagai pembayaran dari pada uang tunai.
“QR Code ini dari BRI, bisa terima semua bank,” ungkapnya pada Jumat (11/4).
Nominal pembelian pun tidak ada batas. Cemilan seperti kue-kue seharga Rp 5 ribuan juga yang paling banyak disukai turis.
Mudah sudah pasti, tapi yang paling disukai dari pembayaran digital adalah terhindar dari uang palsu. Eva punya cerita yang tak bisa dilupakan tentang uang palsu.
“Pernah satu kali masukin uang ke setor tunai di BRI Tangerang, tapi kok uangnya nggak masuk,” kenangnya.
Ia pun membawa uang itu kembali ke rumah. Uang itu tampak berbeda, ia mencoba merendamnya di air. Uang itu terasa seperti kertas biasa. Sial tak dapat dihindari, ia hanya bisa merutuk dalam hati.
“Semenjak pakai Qris udah nggak pernah lagi dapat uang palsu,” ucapnya.
“Terima kasih bangetlah sama BRI jadi semuanya mudah,” pungkasnya.
Hal ini diapresiasi oleh Pengamat Ahli Pariwisata Profesor Azril Azhari. Peredaran uang palsu yang meresahkan wisatawan dan warga menjadi masalah yang tak kunjung selesai.
“Ini bagus kalau disatukan antara bank keliling yang menggunakan boat dan polisi pariwisata. Jadi bank diberi mandat untuk mengecek yang palsu yang beredar di tempat wisata dan ada pengawalan dari polisi pariwisata yang membuat tempatnya aman,” katanya.
Safety dan security yang selama ini menjadi tantangan pariwisata bisa dikembangkan dengan baik atas kerjasama dari bank dan kepolisian setempat.