Isu pakan harimau di Taman Margasatwa Ragunan dibawa pulang petugas dan dijual ditepis oleh pengelola. Isu itu tidak benar!
Humas Taman Margasatwa Ragunan (TMR) menjelaskan isu pakan Harimau dibawa pulang oleh petugas adalah fitnah yang disengaja. Pihak Ragunan memiliki prosedur dan SOP yang jelas mengenai proses pemberian pakan satwa.
Beberapa waktu lalu, beredar sebuah isu mengenai petugas Ragunan yang membawa pulang pakan satwa. Isu ini kemudian diikuti dengan berbagai pertanyaan dari masyarakat mengenai prosedur perawatan para satwa di Taman Margasatwa Ragunan.
Humas TMR, Wahyudi Bambang dengan tegas menepis isu bahwa pakan Harimau dibawa pulang oleh petugas dan dijual kembali dengan harga yang murah. Beliau menyebut isu tersebut sebagai fitnah untuk menjatuhkan citra TMR.
“Jadi isu yang beredar itu tidak benar, karena isu yang ditulis di sosial media tersebut tidak terbukti,” jelas Wahyudi Bambang, Humas Taman Margasatwa Ragunan saat dihubungi infoTravel, Selasa, (18/11/2025).
Menanggapi opini masyarakat mengenai Harimau di Ragunan yang nampak kurus karena tidak diberi makan, Bambang mengungkap bahwa terdapat standar khusus untuk mengukur apakah satwa itu bisa dikatakan kurus atau tidak.
“Kita punya standar body conditioning score. Standarnya 1 sampai 5, untuk angka 1 dan 2 itu dikatakan kurus, 3 itu ideal, sedangkan 4 dan 5 itu gemuk dan sangat gemuk. Untuk Harimau di viralkan di medsos kemarin itu di angka 3 menuju 4, artinya dalam kondisi ideal menuju gemuk,” jelas Bambang.
Dari video yang viral menunjukkan seekor Harimau yang disebut bernama Sri Deli, berjalan kesana kemari dan dinilai memiliki tubuh yang kurus. Hal ini kemudian disangkutpautkan dengan isu pakan satwa dibawa pulang oleh petugas TMR.
TMR memiliki standar dan prosedur khusus dalam proses pemberian pakan satwa. Bambang menjelaskan, satwa diberi makan di sore hari dan petugas memastikan makanan tersebut dihabiskan hingga tak bersisa.
“Dalam satu hari biasanya Harimau Sumatera kami beri makan 5,5 kg daging yang terdiri dari daging ayam dan daging sapi, sedangkan Harimau Benggala kami beri daging 7,7 kg,”
“Prosedur kami memang sengaja memberi makan di sore hari, biar satwa sengaja disuruh lapar terlebih dahulu sehingga ketika diberi pakan, makanannya habis. Jadi mustahil ya kalo pakannya dibawa pulang petugas,” jelas Bambang sambil berkelakar.
Bambang menambahkan bahwa para petugas melalui pemeriksaan setiap pulang kerja, sehingga mustahil ada yang kecolongan membawa pakan hewan.
Prosedur pemberian pakan satwa di TMR juga diawasi oleh dokter hewan dan petugas medis untuk memastikan nutrisi yang dikonsumsi satwa setiap harinya.
“Kami juga ada dokter hewan dan pakar nutrisi, totalnya ada 5 atau 6 orang yang bertugas mengawasi perkembangan kesehatan satwa. Jadi kalau terdapat perubahan kondisi atau perilaku dari satwa, dokter dan pakar nutrisi akan berdusi penanganan seperti apa yang harus dilakukan,” tambahnya.
Sebagai hewan liar, satwa-satwa di TMR dirawat dengan prosedur khusus yang diawasi oleh keeper-keeper satwa yang dilatih dengan profesional.
Prosedur perawatan Harimau tentu memperhatikan berbagai kemungkinan dan risiko yang akan terjadi. TMR menjelaskan perawatan Harimau dilakukan dari balik kandang, tidak secara langsung.
Namun dalam beberapa kondisi dibutuhkan kedekatan psikologis antara keeper satwa dan satwa itu sendiri. Seperti pada Harimau, biasanya para keeper akan dikenalkan kepada satwa mulai dari ciri-ciri fisik, aroma badan, dan kedekatan dengan Harimau.
“Cara merawat hewan liat itu berbeda, hewan-hewan ini juga berisiko kepada petugas kalau mereka tidak kenal, bisa-bisa petugasnya diserang,” jelas Bambang.
Keeper satwa dipilih dan dilatih untuk memiliki insting yang kuat. Setiap hari keeper satwa akan melakukan monitoring atau pengamatan terhadap para satwa, jika terdapat perubahan perilaku atau perubahan ciri-ciri fisik, keeper satwa harus segera mengambil tindakan.
“Nanti keeper satwa akan melihat apakah ada indikasi mengalami gangguan, seperti tidak mau makan atau perubahan perilaku saat musim kawin, nah mereka akan melapor ke atasannya, dari atasannya akan melapor ke dokter hewan. Setelah itu baru akan dilakukan tindakan medis,” tambahnya.
Bambang menyampaikan butuh kerja keras dan ketekunan yang dilakukan pihak TMR dan para petugas untuk menjaga dan memelihara satwa-satwa di sana, sehingga mereka meminta bantuan dan kepercayaan dari masyarakat.
“Kami berharap kedepannya masyarakat lebih bijak dalam mengonsumsi informasi, dipastikan terlebih dahulu kebenarannya. Kami menerima kritik secara terbuka, kritik diperbolehkan untuk membangun TMR agar lebih baik, tetapi jangan mengundang fitnah yang menjelekkan nama TMR,” jelasnya.
Prosedur Pemberian Pakan Satwa di Ragunan
Perawatan dan Pemeliharaan Satwa di TMR
Sebagai hewan liar, satwa-satwa di TMR dirawat dengan prosedur khusus yang diawasi oleh keeper-keeper satwa yang dilatih dengan profesional.
Prosedur perawatan Harimau tentu memperhatikan berbagai kemungkinan dan risiko yang akan terjadi. TMR menjelaskan perawatan Harimau dilakukan dari balik kandang, tidak secara langsung.
Namun dalam beberapa kondisi dibutuhkan kedekatan psikologis antara keeper satwa dan satwa itu sendiri. Seperti pada Harimau, biasanya para keeper akan dikenalkan kepada satwa mulai dari ciri-ciri fisik, aroma badan, dan kedekatan dengan Harimau.
“Cara merawat hewan liat itu berbeda, hewan-hewan ini juga berisiko kepada petugas kalau mereka tidak kenal, bisa-bisa petugasnya diserang,” jelas Bambang.
Keeper satwa dipilih dan dilatih untuk memiliki insting yang kuat. Setiap hari keeper satwa akan melakukan monitoring atau pengamatan terhadap para satwa, jika terdapat perubahan perilaku atau perubahan ciri-ciri fisik, keeper satwa harus segera mengambil tindakan.
“Nanti keeper satwa akan melihat apakah ada indikasi mengalami gangguan, seperti tidak mau makan atau perubahan perilaku saat musim kawin, nah mereka akan melapor ke atasannya, dari atasannya akan melapor ke dokter hewan. Setelah itu baru akan dilakukan tindakan medis,” tambahnya.
Bambang menyampaikan butuh kerja keras dan ketekunan yang dilakukan pihak TMR dan para petugas untuk menjaga dan memelihara satwa-satwa di sana, sehingga mereka meminta bantuan dan kepercayaan dari masyarakat.
“Kami berharap kedepannya masyarakat lebih bijak dalam mengonsumsi informasi, dipastikan terlebih dahulu kebenarannya. Kami menerima kritik secara terbuka, kritik diperbolehkan untuk membangun TMR agar lebih baik, tetapi jangan mengundang fitnah yang menjelekkan nama TMR,” jelasnya.
