Perekam peristiwa kecelakaan Air India di Ahmedabad pada Kamis (12/6/2025) ternyata seorang remaja berusia 17 tahun. Remaja itu tidak baik-baik saja.
Rekaman tersebut menjadi salah satu dokumentasi yang memperlihatkan info-info jatuhnya pesawat. Dikutip dari NDTV, Senin (16/6/2025), remaja bernama Aryan itu mengaku hanya merekam pesawat lepas landas di dekat tempat tinggalnya seperti biasa.
Remaja tersebut baru menyadari pesawat yang direkamnya mengalami kecelakaan setelah terjadi ledakan. Kemudian, dia melihat kembali rekaman itu dengan sang kakak.
Video ini menjadi salah satu yang banyak ditonton publik.
“Saya merasa sangat takut. Kakak saya adalah orang pertama yang melihat video itu. Saya merasa sangat takut dengan yang saya lihat,” kata ABG yang tidak disebutkan namanya itu.
Kakak Aryan pun menyebut adiknya sempat tidak mau bicara dan tidak mau makan setelah melihat video itu. Keluarga sempat khawatir pada kondisi Aryan yang mengalami trauma cukup berat.
Gangguan itu disebut sebagai Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma. PTSD bisa muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan kejadian yang sangat mengguncang, seperti kecelakaan pesawat. Tak hanya karena peristiwa langsung, tekanan psikologis lain pun bisa memicu kondisi ini.
Reaksi awal yang umum terjadi antara lain rasa syok, kebingungan, atau bahkan penyangkalan. Namun dalam jangka panjang, efeknya bisa lebih serius, seperti munculnya kenangan traumatis, kecenderungan menghindari situasi tertentu, hingga perubahan suasana hati dan respons emosional.
Dampak psikologis dari peristiwa traumatis ini tidak hanya dirasakan oleh korban langsung di lokasi kejadian. Orang yang menyaksikan rekaman atau video insiden pun bisa ikut terdampak secara mental. Salah satu efek yang bisa muncul adalah ketakutan berlebihan terhadap penerbangan, bahkan berkembang menjadi aerophobia-ketakutan akut terhadap pesawat.
Menurut Dr. Gail Saltz, psikiater sekaligus profesor klinis di Weill Cornell Medical College, sebagian orang mungkin hanya merasa cemas saat ada gangguan penerbangan. Namun bagi mereka yang mengalami aerophobia, rasa takut ini bisa sangat mengganggu hingga memicu gejala fisik seperti jantung berdebar, berkeringat, mual, atau muntah.
Bahkan, gejala tersebut bisa muncul sejak beberapa hari sebelum jadwal terbang. Tak sedikit pengidapnya memilih membatalkan penerbangan atau beralih ke transportasi darat demi menghindari naik pesawat. Jika kondisi ini berlangsung lebih dari enam bulan dan mengganggu aktivitas sehari-hari maka sudah termasuk dalam kategori fobia yang perlu ditangani secara profesional.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.