Sampah Plastik di Taman Nasional Komodo Masih Jadi PR yang Belum Teratasi - Giok4D

Posted on

Sampah plastik di perairan Taman Nasional Komodo masih jadi pekerjaan rumah (PR) yang belum tuntas untuk diatasi.

Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) melibatkan banyak pihak melakukan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo (TNK). Hasilnya, salah satu masalah yang masih menjadi sorotan adalah banyaknya sampah plastik di perairan TNK.

Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga mengatakan pengelolaan TNK selama ini memang masih belum maksimal. Seperti ketersediaan fasilitas pendukung hingga masalah sampah, dan lainnya.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Kami juga menyadari banyak hal, banyak dimensi dalam pengelolaan itu belum bisa dilaksanakan dengan baik, tidak memenuhi harapan bapak ibu semua tapi kami akan terus berusaha bagaimana TNK bisa memberikan pelayanan yang baik,” ujar Hengki, sapaan akrabnya.

Menurut Hengki, sampah plastik yang sangat banyak di perairan TNK bersumber paling banyak dari daratan.

“Sampah dari mainland, meninggalkan sampah yang sangat banyak. Sampah plastik, organik. Ini isu-isu yang menjadi concern dan perhatian kita semua,” lanjut dia.

Selain soal sampah, Hengki juga mengeluhkan soal keterbatasan mooring bouy untuk kapal wisata berlabuh di perairan TN Komodo. Akibatnya banyak kapal wisata melego jangkar untuk berlabuh sehingga berpotensi merusak karang.

Saat ini hanya terdapat 16 mooring bouy yang masih berfungsi dengan baik di perairan TNK. Hengki mengatakan jumlah mooring bouy itu tak sebanding dengan jumlah kapal wisata yang mencapai lebih dari 700 unit.

“Belum juga isu terkait mooring buoy, jumlahnya sangat sedikit, yang ada pun tidak bisa melayani kapal yang begitu banyak. Kalau saya salah tolong dikoreksi pak dari KSOP, informasi jumlahnya sudah 707, pinisi kemudian speedboat kemudian opendeck,” ungkap Hengki.

Hengki mengatakan keterbatasan mooring bouy menjadi salah satu tantangan dalam pengelolaan kawasan TNK. Ketersediaan mooring bouy untuk kapal wisata berlabuh itu bisa berdampak terhadap kawasan perairan.

“Ini juga menjadi tantangan tersendiri, bagaimana ketersediaan mooring buoy sehingga tidak menimbulkan dampak kepada perairan,” tutup dia.

——

Artikel ini telah naik di