Pacu jalur adalah tradisi balap perahu dari Riau yang dilakukan di tepi Sungai Kuantan. Perahu yang disebut masyarakat setempat sebagai jalur tersebut memiliki panjang 25-40 meter dan sangat langsing, sehingga bisa bergerak lincah memecah aliran air sungai saat dikayuh.
“Tradisi pacu jalur adalah pesta rakyat Kabupaten Kuantan Singingi dan menjadi kebanggaan semuanya. Sejarah pacu jalur berawal pada abad ke-17 saat perahu masih menjadi transportasi utama yang menghubungkan tiap daerah di sepanjang Sungai Kuantan,” tulis penjelasan dalam situs Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kuansing.
Pacu jalur resmi menjadi agenda tahunan Pemerintah Provinsi Riau sejak 1903. Namun sejarah tradisi balapan perahu ini telah berlangsung ratusan tahun sebelumnya. Ketika itu, perahu menjadi sarana pengangkutan utama untuk orag dan hasil bumi.
Perahu yang awalnya biasa saja, mulai diberi hiasan pada lambung atau bagian kapal lainnya. Kapal juga diberi perlengkapan tambahan meliputi payung, tali-temali, selendang, tiang tengah, dan hiasan di tempat juru mudi. Perubahan ini menandai perkembangan perahu menjadi identitas pengendaranya.
Sekitar 100 tahun kemudian, pacu jalur mulai diselenggarakan antar kampung karena perahu yang makin menarik dari sisi tampilan dan kecepatan dayung. Pacu jalur kemudian menjadi agenda penting peristiwa besar, yaitu peringatan hari besar Islam dan ulang tahun Ratu Wihelmina di zaman kolonialisme.
Saat ini, pacu jalur yang diselenggarakan pada bulan Agustus menjadi agenda wajib memperingati Hari Kemerdekaan RI. Pacu jalur sekaligus menjadi ajang pengenalan pariwisata Riau pada wisatawan lokal dan mancanegara. Selain lombanya yang memacu adrenalin, warna-warni kostum dan suara meriam di awal lomba serta tari-tarian lokal menjadikan pacu jalur agenda yang wajib dinanti.
Pacu jalur yang diadakan tiap tahun menjadi viral di tahun 2025, setelah potongan video penari cilik di ujung perahu mendapat perhatian internasional. Sejumlah video diupload menirukan aksi bocah laki-laki tersebut yang seolah menentang gravitasi.
Dalam video yang viral, kaki penari tampak menapak kuat di perahu yang melaju kencang. Lutut bocah tersebut dalam posisi agak bengkok, sedangkan tubuh bagian atas bergerak bebas. Gerakannya sangat khas sehingga terlihat sangat menarik.
Dikutip dari arsip berita infocom, bocah penari di ujung perahu pacu jalur disebut togak luan. Mereka yang beraksi adalah anak laki-laki berusia 8-13 tahun. Para togak luan memiliki badan yang ringan, lincah, dan tidak takut lompat ke sungai di tengah lomba.
Dalam budaya masyarakat Riau, kata togak berarti berdiri tegak sementara luan adalah haluan. Togak luan menjadi simbol keberanian berdiri tegak sesuai haluan hidup, yang telah mendarah daging dalam diri warga Kuantan sejak masih anak-anak.
Menyaksikan pacu jalur dan aksi bocah penari di ujung perahu akan memberi pengalaman baru bagi traveler. Traveler bisa langsung datang ke agenda tahunan pacu jalur yang akan digelar pada 20-24 Agustus 2025 di tepi Sungai Kuantan provinsi Riau.