Presiden Prabowo resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada HM Soeharto dan 9 tokoh lainnya.
Pemberian gelar pahlawan nasional ini diselenggarakan di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025). Prabowo menyerahkan langsung gelar pahlawan nasional ke para ahli waris.
Penghargaan itu tercantum dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Dari sepuluh tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan tersebut, terdapat nama presiden RI terdahulu, yakni Presiden ke-2 HM Soeharto.
Ternyata, Soeharto memiliki museum yang berada di Bantul. Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto, begitu nama lengkap museum tersebut. Traveler bisa mengunjungi museum itu untuk melihat perjalanan dan peninggalan Soeharto semasa masih hidup.
Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto itu berada di Kemusuk Lor, Argomulyo, Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta. Museum ini dibangun sebagai penanda dan pengingat, serta wahana edukasi tentang salah satu tokoh besar dalam sejarah bangsa Indonesia yakni Jenderal Besar Haji Mohammad Soeharto (1921-2008).
Pembangunan museum ini dilakukan oleh pihak keluarga dan diresmikan pada tahun 2013 silam. Kemusuk dipilih sebagai lokasi pembangunan museum tersebut karena merupakan kampung halaman dari Soeharto.
“Pembangunannya dilakukan oleh keluarga besar HM Soeharto di bawah prakarsa H. Probosutedjo (salah satu adik HM Soeharto) dan diresmikan pada 8 Juni 2013. Memorial sengaja dibangun di tanah kelahiran Pak Harto yakni di Pedukuhan Kemusuk, Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul,” kata Kepala Museum Memorial Jenderal Besar HM. Soeharto Gatot Nugroho, Jumat (1/10/2021) silam.
Patung Soeharto berukuran besar akan menyambut pengunjung begitu menginjakkan kaki ke kompleks Museum Memorial Jenderal Besar HM. Soeharto di Pedukuhan Kemusuk.
Selain itu, di belakang patung tersebut terdapat joglo yang berfungsi untuk menonton film tentang Soeharto. Di sisi barat joglo, ada Gedung Atmosudiro. Nama Atmosudiro sendiri ditabalkan dari nama eyang Pak Harto.
“Dalam bangunan ini pengunjung akan disuguhi rangkaian visualisasi tonggak-tonggak penting perjalanan hidup Pak Harto. Dirancang dengan teknologi multimedia serta tata ruang artistik, sehingga seperti berjalan melintasi lorong waktu,” ucap Gatot.
Selain itu, ada Selasar Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Di selasar tersebut pengunjung dapat menyaksikan sejumlah diorama dan floor interaktif, serta foto dokumentasi peristiwa Serangan Oemoem 1 Maret 1949.
Lebih lanjut, ada juga Selasar Trikora/Operasi Mandala yang menunjukkan karier Pak Harto di bidang militer semakin bersinar terang sejak dipercaya oleh Presiden Soekarno menjadi Panglima Komando Mandala dalam rangka Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk pembebasan Irian Barat.
“Para pengunjung dapat menyaksikan sejumlah foto dan film dokumentasi serta diorama tentang kepemimpinan Mayor Jendral Soeharto dalam operasi militer terpadu ini,” jelas Gatot.
Sedangkan di Selasar Kesaktian Pancasila menjelaskan faktor penentu keberhasilan bangsa Indonesia keluar dari bencana nasional akibat pengkhianatan Partai Komunis Indonesia dalam peristiwa G30S pada tahun 1965.
Di mana berbekal Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar) dari Presiden Soekarno, segera Pak Harto membubarkan PKI dan melarang ajaran Marxisme Komunisme.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Kemudian, ada Selasar Masa Pembangunan yang menjelaskan Jalan sejarah mengantarkan Pak Harto tampil di pucuk kepemimpinan nasional. Pasca tragedi nasional G30S/PKI dan keberhasilannya memulihkan stabilitas nasional, membuat Pak Harto menjadi tumpuan harapan bangsa Indonesia era Orde Baru.
Tepat pada 12 Maret 1967 Pak Harto secara resmi diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia yang kedua. Dan sepanjang kepemimpinannya, Pak Harto berpegang teguh kepada UUD 1945 dan Pancasila, serta bekerja sepenuh hati untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsanya melalui program pembangunan nasional yang disebut Repelita.
Selain itu, di Museum juga terdapat Gedung Notosudiro merupakan bangunan rumah tradisional masyarakat Jawa. Menurutnya, nama tersebut diambil dari nama eyang buyut Pak Harto.
“Bangunan ini terletak di belakang joglo dan merupakan tempat persinggahan para tamu dan keluarga. Pada bagian depan rumah terdapat perpustakaan yang berisi buku-buku tentang Pak Harto yang bisa dibaca ditempat oleh para pengunjung,” katanya.
Sedangkan tepat di sisi timur Gedung Notosudiro terdapat sebuah sumur yang merupakan satu-satunya petilasan Pak Harto. Pada masa itu, terdapat sebuah rumah kecil dengan sumur di sudut rumah.
“Sumur inilah yang menjadi saksi sejarah masa-masa kelahiran bayi yang kelak menjadi salah satu pemimpin besar Indonesia,” tutup Gatot.
Isi Museum Soeharto


Patung Soeharto berukuran besar akan menyambut pengunjung begitu menginjakkan kaki ke kompleks Museum Memorial Jenderal Besar HM. Soeharto di Pedukuhan Kemusuk.
Selain itu, di belakang patung tersebut terdapat joglo yang berfungsi untuk menonton film tentang Soeharto. Di sisi barat joglo, ada Gedung Atmosudiro. Nama Atmosudiro sendiri ditabalkan dari nama eyang Pak Harto.
“Dalam bangunan ini pengunjung akan disuguhi rangkaian visualisasi tonggak-tonggak penting perjalanan hidup Pak Harto. Dirancang dengan teknologi multimedia serta tata ruang artistik, sehingga seperti berjalan melintasi lorong waktu,” ucap Gatot.
Selain itu, ada Selasar Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Di selasar tersebut pengunjung dapat menyaksikan sejumlah diorama dan floor interaktif, serta foto dokumentasi peristiwa Serangan Oemoem 1 Maret 1949.
Lebih lanjut, ada juga Selasar Trikora/Operasi Mandala yang menunjukkan karier Pak Harto di bidang militer semakin bersinar terang sejak dipercaya oleh Presiden Soekarno menjadi Panglima Komando Mandala dalam rangka Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk pembebasan Irian Barat.
“Para pengunjung dapat menyaksikan sejumlah foto dan film dokumentasi serta diorama tentang kepemimpinan Mayor Jendral Soeharto dalam operasi militer terpadu ini,” jelas Gatot.
Sedangkan di Selasar Kesaktian Pancasila menjelaskan faktor penentu keberhasilan bangsa Indonesia keluar dari bencana nasional akibat pengkhianatan Partai Komunis Indonesia dalam peristiwa G30S pada tahun 1965.
Di mana berbekal Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar) dari Presiden Soekarno, segera Pak Harto membubarkan PKI dan melarang ajaran Marxisme Komunisme.
Kemudian, ada Selasar Masa Pembangunan yang menjelaskan Jalan sejarah mengantarkan Pak Harto tampil di pucuk kepemimpinan nasional. Pasca tragedi nasional G30S/PKI dan keberhasilannya memulihkan stabilitas nasional, membuat Pak Harto menjadi tumpuan harapan bangsa Indonesia era Orde Baru.
Tepat pada 12 Maret 1967 Pak Harto secara resmi diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia yang kedua. Dan sepanjang kepemimpinannya, Pak Harto berpegang teguh kepada UUD 1945 dan Pancasila, serta bekerja sepenuh hati untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsanya melalui program pembangunan nasional yang disebut Repelita.
Selain itu, di Museum juga terdapat Gedung Notosudiro merupakan bangunan rumah tradisional masyarakat Jawa. Menurutnya, nama tersebut diambil dari nama eyang buyut Pak Harto.
“Bangunan ini terletak di belakang joglo dan merupakan tempat persinggahan para tamu dan keluarga. Pada bagian depan rumah terdapat perpustakaan yang berisi buku-buku tentang Pak Harto yang bisa dibaca ditempat oleh para pengunjung,” katanya.
Sedangkan tepat di sisi timur Gedung Notosudiro terdapat sebuah sumur yang merupakan satu-satunya petilasan Pak Harto. Pada masa itu, terdapat sebuah rumah kecil dengan sumur di sudut rumah.
“Sumur inilah yang menjadi saksi sejarah masa-masa kelahiran bayi yang kelak menjadi salah satu pemimpin besar Indonesia,” tutup Gatot.
Isi Museum Soeharto








