Spanyol Dikunjungi 94 Juta Turis, tapi Ada Ancaman yang Menghantui

Posted on

Tahun 2024 jadi tahun yang luar biasa bagi pariwisata Spanyol. Sebanyak 94 juta wisatawan datang berkunjung, menjadikan negara itu sebagai salah satu tujuan liburan paling populer di dunia. Tapi di balik angka yang mengesankan itu, ada masalah besar yang mulai terasa bagi warga lokal yakni tekanan terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat setempat.

Ledakan jumlah wisatawan itu memicu lonjakan biaya hidup, makin sulitnya mencari hunian yang terjangkau, hingga krisis air di beberapa wilayah. Tak heran, masyarakat mulai angkat suara.

Di Tenerife, misalnya, warga menggelar protes besar-besaran untuk menyuarakan keresahan mereka.

Mengutip Tourism Review, Selasa (20/5/2025) salah satu upaya yang diusulkan untuk menghemat air datang dari ADEAC, lembaga yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan dan perlindungan konsumen. Mereka menyarankan agar pancuran umum di pantai ditiadakan, alasannya cukup fasilitas itu cukup boros air, padahal kondisi kekeringan di Spanyol sudah sangat serius.

Tak bisa dimungkiri, sektor pariwisata memberikan banyak keuntungan ekonomi tapi di sisi lain beban terhadap sumber daya alam pun meningkat. Contohnya di Mallorca, satu wisatawan bisa menghabiskan 250 sampai 450 liter air per hari, terutama di musim ramai yang artinya turis menyumbang sekitar seperempat dari total pemakaian air di pulau itu.

Kondisi makin rumit karena curah hujan minim dan kekeringan terus berlangsung. Beberapa daerah seperti Catalonia bahkan sempat menyatakan status darurat air. Hal tersebut memicu berbagai aksi protes, termasuk di Kepulauan Canary, yang di beberapa titik sempat memanas.

Menurut ADEAC, pancuran di pantai memang praktis untuk membilas pasir dan air laut. Tapi di tengah situasi darurat, fasilitas itu dianggap sebagai bentuk kemewahan yang sebetulnya bisa dihilangkan.

Kebanyakan penginapan dan hotel juga sudah menyediakan fasilitas mandi yang lebih efisien dan nyaman. ADEAC percaya dengan upaya itu tidak akan terlalu mengganggu kenyamanan wisatawan, tapi punya dampak besar dalam menjaga ketersediaan air jangka panjang, apalagi di tengah ancaman kekeringan ekstrem.

Langkah sederhana ini ternyata cukup efektif dan ADEAC yakin pendekatan serupa bisa diterapkan di daerah-daerah lain yang juga mengalami tekanan akibat pariwisata massal.