Tak Hanya Dianggap Atraksi, Ondel-Ondel di Kramat Pulo Dibuat dengan Hati

Posted on

Di Kampung Ondel-Ondel Kramat Pulo, Jakarta Pusat tradisi membuat ondel-ondel dijalani dengan penuh ketekunan dan cinta. Dari tangan-tangan terampil generasi ketiga, warisan budaya Betawi ini terus hidup, dirangkai dari sebatang bambu hingga menjadi simbol kebanggaan kota.

Ondel-ondel khas Betawi pamornya memang sudah tak perlu ditanyakan lagi. Dari mulai hajatan besar hingga hiburan pinggir jalan, kesenian ini bisa dinikmati.

Namun siapa sangka pembuatan boneka besar ini butuh keahlian khusus dan tak asal buat. infoTravel berkesempatan untuk mendatangi salah satu kampung pengrajin kesenian Betawi itu.

Tepatnya di Jalan Kramat Pulo, Jakarta Pusat, di pinggiran jalan pemuda-pemuda di sana senantiasa meraut batang demi batang bambu untuk dirangkai menjadi kerangka ondel-ondel. Sanggar Mamit Cs lah salah satu sanggar perajin yang ada di wilayah tersebut.

Firli sebagai penerus dari sanggar itu menyampaikan bahwa pembuatan ondel-ondel di sini sudah terjadi jauh beberapa tahun ke belakang. Ialah dan saudara-saudaranya kini yang melanjutkan pembuatan ondel-ondel di kampungnya.

Ia menjelaskan mulanya pembuatan kesenian ondel-ondel di sini adalah sang buyut kemudian dilanjutkan oleh sang ayah yang bernama (Alm) Mamit. Dan kini diteruskan oleh anak-anak almarhum.

“Kalau awalnya dari tahun 1984 sebenarnya, kita ini sekarang generasi ketiga. Almarhum Bapak Mamit itu generasi kedua, sebelumnya tuh Pak Umar itu udah dari zaman Belanda,” katanya kepada infoTravel, Rabu (23/4/2025).

Sembari mengamplas wajah ondel-ondel, Firli menerangkan perannya kini sebagai pembuat ondel-ondel itu bukan hanya meneruskan bisnis keluarga, lebih dari itu sebagai upaya untuk melestarikan budaya Betawi. Dari kepedulian sang ayah terhadap kesenian ini, maka laju upaya itu pun diteruskan oleh ia dan saudara-saudaranya yang lain.

“Antisipasi dari almarhum itu kan kalau bukan kita sebagai anak-anaknya, apalagi memang turunan Betawi gitu. Kalau bicara orang lain kan tingkat kepeduliannya mungkin sedikit gitu, kalau (diteruskan) sama anak kan itu menjadi harapan dari orang tua kita sendiri gitu,” ujar Firli.

Selain itu, visi dari almarhum sang ayah untuk melestarikan ondel-ondel ini juga tersirat dari yang dituturkan oleh Firli. Seperti yang kita tahu, di zaman yang semakin modern ini kesenian tradisional seperti di nomor duakan oleh generasi muda, tanpa bisa dipungkiri gadget dan teknologi setidaknya merampas sedikit keinginan generasi muda untuk melestarikan budaya lokal.

Sehingga meneruskan sanggar pembuatan ondel-ondel ini oleh keluarganya bak tabung oksigen yang memperpanjang nafas kesenian tradisional di era yang semakin modern ini.

“Terus antisipasi lainnya juga kan udah sama-sama kita ketahui lah kalau sekarang itu kan udah eranya digital, orang lebih (generasi muda) banyak main game. Nah ini sebagai wadah yang udah disiapin sama almarhum, ya buat ngebina anak-anak yang putus sekolah juga daripada luntang-lantung mendingan ikut sambil melestarikan dan dapat duit juga,” katanya.

Dalam benak penamaan sanggar mungkin merujuk pada suatu bangunan yang di dalamnya terdapat ragam aktivitas kesenian. Itu berbeda dengan Sanggar Mamit Cs.

Sanggar itu tak punya bangunan khusus untuk produksi ondel-ondel. Saat infoTravel berkunjung dan bertemu dengan Firli itu berbeda tempat dengan para pemuda yang tengah membuat kerangka ondel-ondel.

Menurut Firli kurang lebih sekitar tahun 2010, kawasan ini mulai banyak perajin ondel-ondel yang bermunculan. Dan hingga sekarang sudah ada lebih dari 10 tempat produksi ondel-ondel di Kampung Ondel-ondel.

“Kalau sekarang nggak keitung, 10 juga lebih kali di sini (pembuat ondel-ondel). Budayanya dulu pada ikut-ikutan, kalau dulu di Kecamatan Senen itu cuma (sanggar) almarhum doang ya Mamit Cs itu,” kata dia.

Dalam urusan pembuatan ondel-ondel, Firli bertanggungjawab untuk membuat wajah dari ondel-ondel, mulai dari membuat memasukkan bahan ke dalam cetakan, memberi warna, hingga finishing menambahkan ornamen-ornamen pada wajah ondel-ondelnya. Dan untuk pembuatan rangka, adiknya lah yang menjadi spesialisnya, yakni Alif.