Kementerian Pariwisata menyiapkan strategi baru untuk 2026 untuk mencapai target 17,6 juta wisatawan mancanegara. Fokus utama meliputi pemanfaatan teknologi AI hingga memprioritaskan 15 pasar utama, termasuk wisatawan jarak jauh dari Eropa dan Amerika yang memiliki daya beli tinggi.
Dalam Tourism Industry Outlook 2025, Asisten Deputi Strategi dan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Kemenpar, Firnandi Gufron, menjabarkan tren pariwisata 2025 yang menjadi acuan untuk 2026. Pemanfaatan AI dan turis yang kini telah menyadari keberlanjutan menjadi poin utama.
“Ada tiga faktor yang terkait dengan mega trend global, yang pertama itu teknologi digital. Ada 54% wisatawan dunia percaya bahwa mereka sudah mulai shifting menggunakan AI yang semula masih search engine, sekarang sudah adalah shifting ke AI. Jadi penggunaan AI ini juga ada di fase planning dan booking,” kata Firnandi< Selasa (16/12/2025).
“Tren yang kedua adalah aspek berkelanjutan. Di mana keberlanjutan seperti keberagaman, fleksibilitas, keseimbangan hidup, kemudian juga kelestarian alam dan lingkungan, itu menjadi salah satu faktor megatrend pariwisata global. Dan yang ketiga, personalisasi perjalanan. Dari data mencatat 93% responden itu mempercayai AI untuk mencari informasi perjalanan yang akurat dan dapat dipercaya,” dia menambahkan.
Firnandi menyebut pada 2025, Kemenpar mempunyai lima program utama, yaitu gerakan wisata bersih, Tourism 5.0, Pariwisata Naik Kelas, event dengan IP Indonesia dan Desa Wisata. Nah, pada 2026 program utama tidak banyak berubah, hanya ada satu tambahan lagi, yaitu peningkatan keselamatan pariwisata.
“Peningkatan keselamatan berwisata kita banyak mendapatkan catatan. Kenyataan masih banyak destinasi yang sebenarnya mungkin sudah ada SOP untuk keselamatan, tetapi penerapannya pengawasannya kurang ketat. Jadi, ada terjadi sesuatu hal yang tidak kita inginkan yang sebenarnya itu bisa kita cegah,” kata dia.
Untuk bisa mewujudkan program itu, Kemenpar akan memfokuskan pemasaran wisata kepada 15 negara yang selama ini menyumbang dalam angka kunjungan wisman ke Indonesia. Turis dari negara-negara itu dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu mass dan premium traveler.
“Secara historis, ini 15 pasar yang kontribusi terhadap kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Yang pertama sudah pasti negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Australia. Kemudian juga ada yang growth bagus ada China, India. Kemudian Jepang Korea, Inggris, Jerman, Prancis, Rusia, Belanda, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Amerika,” kata Firnandi.
“Nantinya beberapa dari 15 fokus pasar ini sebenarnya kita bagi dua lagi pasarnya yaitu mass tourist sama yang premium traveler. Mostly, yang long haul itu seperti Eropa, Amerika, mostly itu punya spending power yang lebih besar karena sudah pasti secara tiket lebih mahal,,” dia menambahkan.
“Yang kedua, mereka harus spending waktu lebih lama untuk durasi penerbangan pergi dan pulang dari origin country-nya mereka ke Indonesia. Jadi mereka harus spending waktu lebih banyak, spending biaya lebih besar,” ujar dia lagi.






